TUK TUK I'M IN LOVE - 010

1311 Kata
TTIIL.010 SELALU MERINDUKAN MOMENT INI     Kepergian Kaisar Baldwin dari kamarku setelah kejadian malam pertama semalam, membuatku sedikit merasa sedih. Setelah melalui malam pertama yang terasa begitu panjang, paginya ia harus segera bangun melaksanakn tugas Negara yang tidak bisa di tunda. Aku menggerakkan tubuhku yang masih di tutupi oleh selimut ke samping, terlihat sprei tempat tidur meninggalkan jejak percintaan kami semalam. Kemudian aku berusaha menggerakkan tubuhku yang serasa mau rontok untuk bangkit dari tempat tidur. Karena banyak pekerjaan yang harus aku lakukan setelah ini.   Hari ini adalah hari pertamaku untuk menjalankan tugas kenegaraan setelah kemarin resmi menjadi Permaisuri Kekaisaran Oeste. Aku yang hanya berasal dari rakyat biasa dan juga dari Negara yang berbeda, membuatku harus belajar banyak. Terutama mengatur anggaran rumah tangga Kekaisaran Oeste yang sama sekali tidak aku ketahui. Sedikitpun aku benar-benar tidak memiliki pengalaman tentang mengatur anggaran keluarga, kecuali mengatur keuanganku sendiri.   Saat aku sedang berusaha bangkit dari tempat tidur, terdengar suara Countess Sophie dari luar kamar pengantin. “Permisi Yang Mulia, ini aku Sophie. Aku ditugaskan Kaisar Baldwin untuk mengurus Yang Mulia Permaisuri pagi ini.”   Dengan segera aku mengambil gaun malamku yang tergeletak di lantai dan memakainya, lalu menyahut ucapan Countess Sophie, “Silahkan masuk Countess Sophie.”   Tidak lama kemudian Countess Sophie memasuki kamar dengan beberapa orang pelayan di belakangnya. Setiap mereka membawa nampan berisikan peralatan mandi sekaligus ramuan tradisional untuk mandi dan langsung berjalan menuju kamar mandi. Saat pelayan lain tengah mempersiapkan peralatan mandiku, Countess Sophie sibuk membereskan barang-barang yang berantakan di kamar dan membukakan gordyn. Sedangkan aku kembali berbaring di tempat tidur sambil mememluk bantal guling. Saat ini badanku benar-benar terasa sakit.   “Yang Mulia, apa semalam adegannya terlalu hebat sampai hampir semua barang berantakan seperti ini?” Countess Sophie menggodaku sambil tertawa kecil.   “Contess Sophie… Jangan menggodaku seperti itu.” Aku berbicara pada Countess Sophie dengan wajah memerah lalu membenamkan wajahku ke bantal karena malu.   Countess Sophie hanya tertawa kecil mendengar jawabanku. Ia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri, jadi antara kami berdua tidak ada lagi rasa canggung berbicara yang  agak pribadi. “Countess Sophie, apa malam pertamamu seperti ini? Apa kamu juga merasakan seluruh tubuhmu akan patah seperti ini?”   “Apa Yang Mulia merasakan seperti itu sekarang?” Contess Sophie kembali menggodaku.   “Countess Sophie, jangan menggodaku seperti itu. Aku jadi malu.”   Saat kami berbincang-bincang, seorang pelayan muncul dari kamar mandi dan berkata, “Yang Mulia, semuanya sudah di siapkan.”   “Baik.” Aku mengangguk dan bangkit dari tempat tidur di bantu oleh Countess Sophie.   Setelah memasuki kamar mandi, beberapa orang pelayan menepi ke sudut kamar mandi. Sedangkan aku memasuki bathtub berendam ai panas  yang telah mereka sediakan. Ada beberapa metode yang mereka berikan padaku. Dan semuanya menggunakan bahan alami.   Saat aku merendam diri dalam bathtub yang berisikan air panas untuk mnghilangkan rasa nyeri di tubuhku, Davina salah satu pelayanku mengoleskan masker di wajahku. Dengan rasa penasaran aku bertanya pada Davina, “Davina, masker apa itu?”   “Masker yang aku racik ini berfungsi untuk melembabkan, mengencangkan dan mencerahkan kulit wajah. Karena pagi ini ada jadwal wawancara dengan wartawan kekaisaran, jadi Yang Mulia  harus tampil sebaik mungkin. Jangan sampai terlihat buruk di depan kamera.”   “Masker ini memiliki wangi yang khas. Terdiri dari bahan apa saja masker ini, Davina?”   “Masker wajah ini terbuat dari campuran daun barley, madu, kacang lentil, adas, minyak, biji oregano, belerang, cuka, minyak angsa, daun basil, dan hawthorn yang dicampur dengan air mawar yang mulia.”   Setelah air rendamanku sudah mulai dingin, Davina mengganti air itu dengan s**u. Ini pertama  kalinya aku melakukan ritual mandi s**u ala Kekaisaran. Karena sebelumnya aku hanya mandi dengan ektrak bunga yang di sediakan pelayan. Dengan rasa penasaran aku kembali bertanya, “Davina, apa semua Permaisuri di Kekaisaran Oeste selalu mandi dengan s**u?”   “Iya, Yang Mulia. Semua Permaisuri akan mandi s**u setiap paginya agar kulit selalu terjaga. s**u yang digunakan adalah s**u segar yang ditambahkan dengan essential oil agar lebih wangi.”   “Kenapa harus s**u?”   “Karena s**u terdapat retinol yang berperan sebagai anti-aging, vitamin D yang bisa melindungi kulit dari sinar UV, serta proteinnya dapat menjaga elastisitas kulit. Setelah rutin mandi s**u ini, kulit Yang Mulia akan halus seperti satin dan glowing.   Perawatan kulit dari Kekaisaran Oeste untukku tidak berhenti sampai disitu saja. Setelah berendam air panas, memakai masker wajah, dan juga mandi s**u, Davina memberiku shea butter. Ia mengoleskan shea butter ketubuhku sebelum aku memakai pakaian.   “Shea butter ini merupakan lemak yang di ekstrak dari kacang pohon shea. Shea butter memiliki manfaat untuk kulit yang dapat bekerja sebagai sun screen, menyeimbangkan kadar minyak, melembapkan, serta menjaga elastisitas kulit. Dan dulu ratu Nafertiti dari kerajaan Mesir Kuno selalu memakai ini.” Davina menjelaskan sebelum aku tanya.   Aku mengangguk menanggapi ucapan Davina yang menjelaskan semua. Aku merasa hidupku sangat di atur semenjak tinggal di Kekaisaran ini, hingga mandipun di persiapkan oleh para pelayan. Dan selama berada di Kekaisaran ini aku banyak belajar apa saja yang tidak aku ketahui selama ini. Mandi seorang putri bangsawan dan Permaisuri pun di atur di Kekaisaran, bahkan semua dipilih dari bahan-bahan yang bekualitas.   “Countess Sophie, jam berapa acara wawancara hari ini?” Aku bertanya pada Countess Sophie yang sedang membantuku memakai pakaian.   “Nanti jam 10 pagi Yang Mulia. Sekarang ruangan yang di pakai untuk wawancara sedang dipersiapkan.”   “Sekarang sudah jam berapa?”   “Baru jam 8, Yang Mulia.”   “Countess Sophie, apa boleh memakainya di percepat sedikit? Aku ingin menemui ayahku. Hari ini beliau akan kembali. Jadi aku menemui ayah dan sahabatku sebelum mereka pergi.”   “Sebentar Yang Mulia, tinggal sedikit lagi.”   Tidak lama kemudian setelah berberes, akhirnya semua pun selesai. Dengan segera aku melangkah ke ruang tamu yang ada di Star Palace. Aku duduk menunggu ayah dan sahabatku di dalam ruangan. Sedangkan Helen pergi menjemput ayah dan sahabatku ke ruangannya. Saat ini aku sangat ingin bertemu dengan mereka setelah sekian lama tidak berjumpa.   Beberapa menit kemudian Helen muncul dari balik pintu membawa ayah dan dua orang sahabatku Kannika dan Tassane. Melihat mereka memasuki ruanganku aku merasa sangat bahagia. Aku bangkit dari sofa ruang tamuku dan berlari memeluk ayahku.   “Ayah… Aku sangat merindukan Ayah.” Aku berbicara sambil memeluk ayahku.   Ayahku yang masih berdiri di hadapanku membalas pelukanku, “Putriku, aku juga sangat merindukanmu. Aku sangat merindukanmu.”   Aku melepaskan pelukanku pada ayah, lalu memeluk dua orang sahabatku yang berdiri di samping ayah. Aku memeluk Kannika dan Tassane dengan erat. Aku sangat merindukan mereka setelah satu bulan lebih tidak bertemu. Merekalah yang selalu membantuku saat aku berada di Bangkok. Tassane adalah seorang wanita berumur 31 tahun yang memiliki salah satu hostel di Bangkok. Ia adalah wanita pemilik hostel dimana aku tinggal selama berada di Bangkok. Sedangkan Kannika adalah seorang pria transgender yang selama ini menjadi temanku selama berada di Bangkok. Mereka benar-benar teman terbaik yang aku miliki.   “Sayang, aku sangat merindukan kalian.”   “Aku juga merindukanmu, Rhea.” Tassane menanggapi ucapankua sambil memelukku.   “Apa kalian harus pergi siang ini?”   “Iya, kami harus kembali bekerja lusa. Dan perjalanan dar Oeste ke Bangkok butuh waktu belasan jam.” Kannika menjawab pertanyaanku.   Setelah berpelukan cukup lama, aku mempersilahkan mereka duduk. “Ayo, silahkan duduk.” Kemudian aku meoleh pada ayah dan merangkulnya, “Ayah, ayo duduk. Apa ayah sudah sarapan?”   “Sudah putriku.”   Saat kami telah duduk bersama, kami melanjutkan pembicaraan. Aku pun kembali bertanya pada ayah. “Ayah, apa Ayah tidak bisa lebih lama lagi di sini?”   “Tidak putriku. Ayah harus kembali ke sel tahanan. Jika bukan atas kebaikan Kaisar Baldwin yang mau menjamin untuk beberapa hari menghadiri pernikahanmu dengan Kaisar, mungkin ayah tidak akan bisa menghirup udara segar di luar ini.”   “Ayah jangan bicara seperti itu. Aku akan berusaha agar ayah bisa keluar dari penjara. Aku akan meminta Baldwin untuk mengeluarkan ayah.”   “Jangan, putriku. Biarkan ayah seperti ini. Ayah tidak ingin memanfaatkan kekuasan menantu. Selain itu masa tahanan ayah hanya tinggal beberapa bulan lagi. Bersabarlah.”   “Baiklah, aku akan menunggu ayah segera pulang.” Aku menjawab dengan wajah sedih.   Aku, ayah, Tissane dan Kannika melanjutkan pembicaraan kami dengan berbagai bahasan. Dan tanpa di sadari itu sudah memakan waktu cukup lama. Kami berbincang dan tertawa bersama seperti tidak ada beban dalam hidup kami. Kami memanfaatkan waktu yang sedikit dengan sebaik mungkin untuk saling berbagi. Aku benar-benar akan selalu merindukan moment ini.   Saat kami tengah asyik berbincang-bincang, Countess Sophie memasuki ruang tamu sembari berkata, “Maaf Yang Mulia, aku mengganggu waktu Yang Mulia. Tapi jadwal wawancara telah tiba. Kita haru segera ke aula untuk konferensi press.”   “Baik, Countess Sophie. Aku akan segera kesana.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN