TUK TUK I'M IN LOVE - 08

1325 Kata
TTIL.08 – IMPERIAL WEDDING (2)     Upacara pernikahan di Kekaisaran Oeste memiliki berbagai macam prosesi yang harus di lalui. Setelah mengucapkan janji pernikahan di depan para bangsawan dan tamu undangan, sekaligus resepsi pernikahan sehari yang lalu, hari ini kami juga melangsungkan upacara penobatan Kaisar dan Permaisuri Kekaisaran Oeste di hall The Imperial Palace. Semua prosesi terlaksana dengan hikmat dan juga penuh suka cita. Dan semua upacara itu menyatukan kemegahan bagsawan Oeste dengan gemerlapnya kemewahan Kekaisaran Oeste.   Setelah melaksanakan beberapa prosesi penting pernikahan yang dikenal dengan The Imperial Wedding di hall Imperial Palace dari kemarin hingga siang tadi, kini tiba saatnya mengikuti prosesi arak-arakan yang menjadi pelengkap prosesi pernikahan. Biasanya setiap arak-arakan pengantin di hari pernikahan kekaisaran akan menggunakan kereta kencana atau coach dengan atap terbuka yang ditarik oleh empat ekor kuda. Tapi kali ini Kaisar Baldwin membuat sebuah gebrakan baru di pernikahan kami. Dan ini pertama kalinya pesta pernikahan Kekaisaran Oeste dilakukan dengan beberapa prosesi yang berbeda. Kali ini Kaisar Baldwin menyiapkan seratus Tuk Tuk untuk membawa kami dan juga bangsawan kekaisaran lainnya untuk mengikuti arak-arakan yang begitu megah mengelilingi ibu kota Oestern. Dan Tuk Tuk ini juga di pesan khusus oleh Kaisar Baldwin langsung dari Negeri Gajah Putih, dimana pertama kali kami bertemu.   Aku berjalan keluar dari The Imperial Palace menggandeng tangan Kaisar Baldwin untuk berjalan bersama. Kami berjalan bersama keluar hall dengan rasa yang penuh kebahagiaan menuju halaman depan Imperial Palace yang telah dipenuhi oleh Tuk Tuk yang sudah dihias sedemikian rupa. Saat ini aku tidak lagi menggunakan ballgown seperti prosesi pernikahan kemarin. Tapi saat ini aku menggunakan longdress lengan panjang berwarna putih dengan sedikit aksen berwarna emas di bagian leher turtle neck dan juga ujung lengannya. Longdress yang terlihat elegan ini adalah rancangan designer kenamaan Valentina yang merupakan pilihan Kaisar Baldwin, dan bukan pilihan Permaisuri Chalista seperti ballgown pernikahan kemarin.   Aku dan Kaisar Baldwin menaiki Tuk Tuk khusus yang telah berdiri menunggu kami di depan pintu masuk Imperial Palace. Menaiki Tuk Tuk ini mengingatkanku masa-masa dimana kami masih menjadi rakyat biasa dan berpetualang bersama di Negeri Gajah Putih. Hanya saja saat ini waktu, posisi dan keadaannya telah berbeda. Biasanya kami hanya menaiki Tuk Tuk yang hanya di hias sederhana. Tapi hari ini kami manaiki Tuk Tuk yang sangat cantik dan dihiasi dengan berbagai dekorasi bunga yang menawan. Selain itu saat ini posisi duduk kami telah berbeda. Dulu saat kami menjadi rakyat biasa, Baldwin duduk di kursi depan untuk mengendarai Tuk Tuk-nya, sedangkan aku duduk di kursi belakang sebagai penumpangnya.   “Apa kamu menyukainya, Permaisuri?” Kaisar Baldwin bertanya padaku saat Tuk Tuk yang kami naiki telah mulai berjalan  keluar halaman istana. Sedangkan Tuk Tuk lainnya yang di tumpangi oleh para pejabat dan bangsawan kekaisaran mengikuti Tuk Tuk kami dari belakang.   “Ya, aku menyukainya.” Aku tersenyum mengangguk menatap wajah tampan Kaisar Baldwin yang sedang duduk di sampingku. “Terima kasih Kaisar, telah memberikan yang terbaik untukku.”   “Apa pun akan aku lakukan untukmu, Permaisuriku.”   Aku kembali tersenyum pada kaisar Baldwin yang masih menatapku dengan bahagia. Kemudian aku menoleh ke samping menikmati suasana kota Oestern yang begitu indah dan damai. Di sepanjang jalan yang kami lalui bersama Tuk Tuk, lebih dari 100.000 orang  diperkirakan menjejali jalan sempit di kota sekitar 40 kilometer kota Oestern, yang di d******i kastil dan bangunan tua lainnya yang berdiri dengan megah.   Prosesi arak-arakan ini akan memakan waktu dua jam. Rute arak-arakan ini melintasi The Long Street  sepanjang 8 kilometer yang terhubung antara The Imperial Palace  melalui Star Hill di Imperial Park. Jalur lintas arak-arakan ini dipagari oleh pasukan Household Calvary Imperial Castle. Acara arak-arakan ini benar-benar dalam pengawalan yang ketat dari berbagai pihak kekaisaran.     Di sepanjang jalan aku dan Kaisar Baldwin melambaikan tangan pada orang-orang yang dengan antusias menonton arak-arakkan menyambut penguasa baru mereka yang baru saja dinobatkan. Wajah mereka terlihat sangat bahagia seperti mendapatkan pengharapan baru setelah Kaisar mereka sebelumnya mangkat. Semenjak kakak dari Kaisar Baldwin yang bernama Kaisar Sammuel Cyrille sakit-sakitan, kabar yang aku dengar Kekaisaran Oeste mengalami sedikit kemunduran dari kaisar sebelumnya. Dan setelah mangkatnya sang kaisar yang merupakan suami dari Permaisuri Chalista , rakyatpun begitu lama di rundung duka. Hingga akhirnya beberapa bulan lalu Baldwin kembali ke negerinya menggantikan posisi kakaknya.   Aku merasa sangat terharu melihat para rakyat Kekaisaran Oeste yang menyambut pernikahan kami yang merupakan Kaisar dan Permaisuri baru mereka dengan antusias dan suka cita. Mereka memberikan senyum lebar dan melemparkan petal bunga kepada kami yang melewati mereka. Semua itu pertanda bahwa rakyat Kekaisaran Oeste merestui kami. Aku benar-benar tidak pernah menyangka bahwa diriku akan menjadi bagian dari keluarga Kekaisaran Oeste yang sangat terkenal. Dan yang paling tidak pernah ku duga, aku menikah dengan pria yang merupakan penguasa nomor satu Kekaisaran Oeste di negeri Oestern. ****     Setelah melakukan berbagai prosesi pernikahan dari awal hingga akhir, dari kemarin hingga malam ini, akhirnya semua prosesi itu di tutup dengan makan malam bersama keluarga kekaisaran di ruang khusus perjamuan yang ada di The Imperial Palace. Makan malam itu pun berlangsung dengan meriah yang dihadiri oleh para tamu khusus dan para pejabat Kekaisaran Oeste. Dan acara makan malam itu baru saja berakhir satu jam yang lalu.   Aku yang baru saja selesai berendam air panas, menyandarkan tubuhku yang masih memakai jubah mandi di sofa yang ada di ruang wardrobe. Aku duduk bersandar menatap diriku sendiri di cermin yang menempel di dinding tidak jauh dari tempatku duduk. Terlihat diriku dengan rambut belum disisir dan wajah lelah menunggu Helen mengambilkan pakaianku. Saat ini aku merasa sangat gugup, karena malam ini adalah malam pertamaku dengan Kaisar Baldwin.   “Yang Mulia… Ini gaun malam, Yang Mulia.” Henlen menghampiriku dengan sebuah gaun malam berbahan sutera berwarna pink lembut.   Aku tersenyum lemah menerima gaun malam yang ia berikan padaku dan berkata, “Terima kasih, Helen. Gaun malam yang sangat cantik.”   “Ini adalah gaun malam yang dipilih khusus oleh Kaisar Baldwin untuk Yang Mulia. Kadang aku merasa iri melihat perhatian yang di berikan Kaisar pada Yang Mulia. Meski sangat sibuk, Kaisar masih sempat  memilihkan sendiri pakaian yang akan Yang Mulia kenakan.”   “Suatu saat kamu akan mendapatkan pria sebaik Kaisar Baldwin, Helen.” Aku tersenyum pada Helen sembari memasang gaun malamku.   “Ya, aku sangat mengharapkannya Yang Mulia. Karena sangat sulit mendapatkan pria sebaik dan seperhatian Kaisar Baldwin. Yang Mulia sangat beruntung bisa mendapatkan hati seorang kaisar.”   “Helen, aku bersamanya hingga saat ini bukan karena ia seorang kaisar. Aku mencintai dirinya dan pribadinya, bukan takhtanya. Karena awal kami bertemu ia bukanlah seorang Kaisar Baldwin Cyrille. Saat itu ia adalah seorang Baldwin pengendara Tuk Tuk. Selain itu jika saat itu ia tidak pergi dari kekaisaran ini, mungkin aku tidak akan pernah bertemunya. Jika saat itu ia bukanlah seorang supir Tuk Tuk, mungkin aku tidak akan pernah mengenalnya.”   Seketika Helen tertawa kecil mendengar ucapanku yang sedang mengenang masa laluku bersama Kaisar Baldwin. Ia terus mengajakku berbincang-bincang sambil membantuku menyisir rambut dan menunggu Davina membawakanku teh chamomile untukku. Tidak lama kemudian orang ynag ditunggupun  datang dengan sebuah nampan yang berisikan ceret teh dan beberapa gelas untuk minum teh.   Sudah menjadi kebiasaan bagiku semenjak tinggal di Kekaisaran Oeste ini minum teh bersama mereka setelah berendam ataupun mandi di malam hari. Karena aku tidak pernah menganggap mereka seperti orang lain. Meski mereka adalah pelayan yang telah di utus Kaisar Baldwin untuk malayaniku, tapi aku selalu memperlakukan mereka dengan baik. Helen dan Davina sudah seperti sahabat bagiku. Sedangkan Countess Sophie sudah seperti kakak bagiku. Karena hanya merekalah yang selalu menemaniku selama berada di kekaisaran ini.   “Maaf Yang Mulia, aku sedikit terlambat.” Davina berbicara sambil melangkah memasuki ruangan dengan namapan di tangannya.   Aku menoleh pada Davina yang berjalan menghampiriku  dan berkata, “Tidak apa-apa, Davina.”   Saat ia telah berdiri di sampingku, Davina menuangkan air teh chamomile itu ke dalam cangkir. Ia mengulurkan tangannya menyerahkan secangkir teh chamomile ke tanganku, “Silahkan diminum Yang Mulia.”   “Terima kasih, Davina.” Aku menerima cangkir itu dan meminum teh ada di dalamnya.   Tidak lama kemudian Countess Sophie memasuki ruanganku dengan tersenyum dan berkata, “Permisi Yang Mulia, maaf mengganggu waktunya. Saatnya sudah tiba, Kaisar Baldwin sedang dalam perjalanan menuju Star Palace ini.”   “Saatnya sudah tiba?” Aku bertanya dengan wajah kebingungan.   Seketika Countess Sophie, Davina dan Helen tertawa kecil menertawakanku yang kebingungan. Kemudian Countess Sophie kembali berkata, “Maksudku waktu memasuki kamar pengantin sudah tiba Yang Mulia.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN