Aku bisa bernapas lega ketika Bu Renata mendapatkan telepon dari Pak Aditya tepat setelah menanyakan tentang tanggal pernikahan. Kesempatan emas ini tidak aku sia-siakan. "Mahen," bisikku sambil menarik lengan Mahendra. "Ayo kita ke taman belakang sebentar." Mahendra mengangguk dan kami berjalan keluar meninggalkan Bu Renata yang masih asyik berbicara di telepon. Taman belakang rumah keluarga Wirasatya sangat indah dengan berbagai tanaman hias dan lampu taman yang memberikan suasana romantis. Tapi saat ini aku sama sekali tidak bisa menikmati keindahan itu karena pikiranku sedang kacau. "Mahen," kataku sambil berbalik menghadapnya. "Aku bingung." "Bingung kenapa?" tanyanya dengan wajah santai. "Tadi aku bicara sama Mama seolah-olah hubungan kita ini beneran," kataku sambil mengacak r

