Menjadi arsitek bukan hal mudah. Meski sudah lebih dari enam tahun menekuni profesi ini, aku masih sering diremehkan. Klien seperti Pak Hartono lebih percaya pada rekan pria, seolah-olah kemampuanku diragukan hanya karena aku seorang wanita. Pagi ini, aku duduk di meja kerjaku sambil meneliti blueprints untuk proyek villa mewah di Puncak. Klien yang satu ini—Pak Hartono—sudah tiga kali meminta revisi desain. Bukan karena ada yang salah secara teknis, tapi karena dia terus membandingkan karyaku dengan arsitek pria yang pernah menangani proyeknya sebelumnya. "Ayla, kamu yakin struktur pondasinya kuat? Jangan-jangan nanti ambles," komentarnya saat presentasi beberapa saat yang lalu, dengan nada meragukan yang kentara. Padahal aku sudah menghitung segala aspek teknis dengan detail, bahkan b

