Pembalasan pertama

1222 Kata

Langkah kami terhenti di depan pintu ballroom yang megah, dihiasi taburan bunga segar dan lampu kristal bergelantungan. Suara Ibu tiriku memecah suasana. “Ayla?” Aku menoleh. Sosok wanita itu berdiri tak jauh dari kami, memakai gaun penuh payet yang terang dan mencolok. Senyumnya bukan senyum ramah seorang ibu, melainkan senyum penuh penilaian. Tatapannya langsung tertuju pada tangan Mahendra yang menggenggam tanganku erat. “Oh, kamu datang juga,” katanya sambil berjalan mendekat, matanya menyapu dari ujung kepala sampai kaki. “Dan ternyata tidak sendiri.” Aku mengangkat dagu sedikit. "Tentu saja aku datang. Undangan dari Ayah, bukan?" Mahendra hanya menatapnya datar, lalu memberikan anggukan kecil yang sopan. Dia tidak melepaskan tanganku. Justru menggenggamnya lebih erat seolah memb

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN