Menghiraukan keterkejutan dan mencoba menormalkan sikapnya, Grace segera menarik Harry untuk ikut masuk ke dalam lift, tak peduli siapa yang berada di dalamnya.
Di dalam lift, Harry terus saja menatap wanita tersebut. Wanita dengan seragam cleaning service lengkap dengan troli bersih-bersihnya.
Yap, wanita tersebut adalah Alessia yang masih setia dengan wajah datarnya.
Sementara Grace yang berada di tengah-tengah antara Harry dan Alessia, merasakan atmosfer yang berbeda dari keduanya. Alessia yang mengeluarkan aura dingin sementara Harry yang mengeluarkan aura ingin menusuk.
Grace tersenyum melihat Alessia. Gadis cantik yang tak pernah ia lupakan.
“Ehem... Siapa namamu nona?” Tanya Grace basa-basi hingga mendapat pelototan Harry dari pantulan pintu lift.
Alessia menoleh ke arah Grace.
“Alessia” Jawabnya.
“Aku baru melihatmu di sini, apakah kamu pekerja baru?” Tanya Grace lagi dan semakin mendapat pelototan dari Harry yang selalu dihiraukannya.
“Ya” Jawab Alessia.
“Alessia ya, kalau begitu aku akan memanggilmu Ale saja. Berapa umurmu, Nak?” Tanya Grace lagi yang membuatnya semakin merindukan gadis di hadapannya ini.
Dan pertanyaan lain terus saja terlontar dari bibir Grace membuat Harry memutar bola matanya. Awalnya ia memang terkejut dengan sang ibu yang bersikap ‘sok akrab dengan Alessia. Namun semakin lama, ia juga semakin penasaran. Siapa tahu saja ibunya akan menanyakan hal yang lebih mendalam.
“Dua puluh satu” Jawab Alessia.
Walaupun Grace selalu mendapat jawaban yang singkat, namun itu tak membuatnya berhenti untuk bertanya Karena jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat senang dapat berbicara dengan gadis ini lagi.
“Apakah kamu sudah punya pacar?”
Pertanyaan Grace kali ini tentu saja telah masuk ke dalam privasi Alessia dan ia sangat tidak menyukai hal itu. Untung saja saat itu bertepatan dengan pintu lift yang terbuka di lantai dasar.
“Saya permisi” Ucap Alessia kemudian berjalan keluar sembari mendorong trolinya membuat Garce tersenyum sendu.
Namun, tak lama setelahnya Harry dan Grace juga ikut keluar.
“Apa yang Mommy lakukan tadi?” Tanya Harry saat mereka berdua telah berada di dalam mobil.
“Memangnya apa yang Mommy lakukan?” Tanya Grace balik dengan polosnya.
“Mommy terus saja bertanya kepada wanita di lift tadi. Dia itu seorang cleaning service, Mom”
“Lalu kenapa? Kamu sendiri juga terus menatapnya lewat pantulan pintu lift. Kamu pikir Mommy tidak melihatnya?!”
Harry diam seribu bahasa mendengar ucapan yang sangat menohok dari sang ibu.
“Sekarang jujur saja pada Mommy, kamu menyukai gadis itu ‘kan?” Pertanyaan Grace tentu saja membuat Harry terkejut hingga membuatnya tersedak. Untung saja bukan ia yang menyetir mobil.
“Pertanyaan macam apa itu Mom?” Tanya Harry.
“Kamu tidak perlu bohong kepada Mommy, Harry. Mommy bisa melihatnya dari matamu kalau kamu tertarik padanya” Ucap Grace.
“Harry tidak menyukai gadis itu Mom, sungguh” Ucap Harry.
“Tidak usah mengelak. Mommy mengenal kamu bukan sehari atau dua hari. Mommy mengenalmu dari kamu masih jadi janin. Mungkin kamu mengatakan tidak, tapi mata kamu tadi berkata yang sebaliknya”
Harry tak lagi menjawab ucapan Grace. Ia hanya memandang keluar jendela, pikirannya sama sekali blank. Ia tak tahu apakah ucapan ibunya benar atau tidak karena dia tak pernah merasakan yang namanya tertarik pada lawan jenis karena ia hanya selalu bersama dengan berkas-berkas setiap hari.
Ia bahkan menghabiskan masa-masa sekolahnya untuk belajar, belajar, dan belajar. Tak ada waktu untuk keluar bermain bersama teman sebayanya apalagi melirik perempuan. Karena tujuan hidupnya saat ini hanya ingin fokus pada bisnis yang ia jalani.
Jika ada hal lain, maka itu harus mengantri dan butuh waktu yang cukup panjang untuknya. Begitulah prinsip Harry.
Tapi ia tak tahu, bahwa hal lain yang tengah menunggu dalam antrian panjang itu telah tiba.
-------
“Ale!” Panggil Luna saat melihat Alessia lewat di depan meja resepsionis membuat sang empunya nama menoleh.
“Ada yang mencarimu” Ujar Luna.
Alessia menaikkan sebelah alisnya sebagai tanda tanya.
“Seorang pria, aku menyuruhnya menunggu di sana karena tidak tahu nomor ponselmu” Ucap Luna sembari menunjuk ke arah seorang pria muda yang tengah duduk di ruang tunggu lobi sembari memainkan ponselnya.
Alessia lalu pergi meninggalkan Luna dan berjalan menuju pria tersebut.
“Saya Alessia” Ucap Alessia ketika sampai di hadapan pria tersebut membuat pria itu menoleh ke arahnya.
Butuh beberapa detik hingga pria itu mengerti apa maksud ucapan Alessia. Walau pria itu sedikit bingung melihat penampilan Alessia yang memakai seragam cleaning service.
“Ah, Miss Alessia Wilson. Perkenalkan nama saya Jacob Bray. Saya pengacara Mr. John Wilson” Ucap pria bernama Jacob tersebut sembari mengulurkan tangannya yang dibalas oleh Alessia. “Bisa kita berbicara?” Tanyanya.
Mata Alessia membesar mendengar nama ayahnya disebut. Sudah lama tidak ada yang menyebut nama sang ayah. Dan pria di hadapannya ini mengaku sebagai pengacara sang ayah yang mana ia sendiri tidak mengetahui bahwa ayahnya memiliki pengacara.
“Miss Wilson?” Panggil Jacob lantaran Alessia yang tidak bergeming dari tempatnya.
Alessia melihat jam yang terpajang di dinding lobi, pukul 12.30. Tepat jam istirahatnya.
“Saya akan menemui Anda di cafe depan” Ucap Alessia kemudian pergi tanpa menunggu jawaban dari Jacob.
Dada Alessia bergemuruh, ia tak pernah membayangkan akan ada orang yang menemuinya yang mengatas namakan sang ayah. Alessia bergegas menyimpan troli alat bersih-bersihnya kemudian pergi ke cafe setelah mengganti pakaiannya.
Kring...
Bunyi lonceng terdengar saat Alessia masuk ke dalam cafe. Ia melihat sekeliling mencari sosok Jacob. Tak lama ia melihat seorang pria mengangkat tangannya, Jacob. Ia berada di tengah-tengah cafe, tempat yang paling tidak Alessia sukai.
Alessia berjalan mendekati tempat Jacob berada dan duduk di hadapannya. Tak lama, seorang pelayan datang menanyakan pesanan mereka. Setelah menyebut pesanan masing-masing, pelayan tersebut pun berlalu.
“Pertama-tama, saya mau memperkenalkan ulang diri saya. Saya Jacob Bray, pengacara John Wilson selaku ayah Anda” Ucap Jacob sembari mengulurkan tangannya pada Alessia.
“Alessia Wilson” Ucap Alessia sembari membalas uluran tangan Jacob lagi.
“Tujuan saya ke sini adalah untuk menyampaikan surat wasiat Mr. Wilson. Mr. Wilson meminta saya untuk menyampaikan surat wasiatnya pada Anda ketika umur Anda dua puluh tahun. Tapi karena urusan saya di luar negeri, saya terpaksa menundanya selama setahun. Saya minta maaf untuk itu” Ucap Jacob.
Melihat tak ada respon dari Alessia, Jacob melanjutkan ucapannya. Namun, niatnya harus tertunda lantaran seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. Setelah pelayan tersebut pergi, barulah Jacob melanjutkan ucapannya.
“Ini surat wasiat yang Mr. Wilson tulis untuk saya sampaikan pada Anda” Ucap Jacob kemudian membuka sebuah map yang berada di atas meja lalu mengeluarkan berkas-berkas di dalamnya.
Jacob menyerahkan sebuah amplop kecil kepada Alessia. Alessia lalu nembukanya dan mengeluarkan sebuah kertas.
‘Dear, My Love Ale.
Jika Ale telah membaca surat ini, itu berarti Daddy telah tiada. Maafkan Daddy karena tidak memberitahukan penyakit Daddy dan meninggalkan Ale terlalu cepat. Daddy hanya tidak ingin membuat Ale kecil Daddy sedih, tapi ternyata keputusan Daddy saat itu salah. Ale pasti lebih sedih karena tidak mengetahui semuanya lebih cepat.
Walau kita sudah tak berada di dunia yang sama lagi, tapi Ale tetap putri kesayangan Daddy. Daddy dan Mommy akan selalu bersama Ale. Ale tahu ‘kan kalau Daddy dan Mommy sangat menyayangi Ale? Maka dari itu, Daddy memberikan segala yang Daddy punya untuk Ale.
Satu lagi. Jika suatu hari nanti ada orang yang datang mencari Daddy dan Mommy, katakan padanya kalau Daddy minta maaf untuk segalanya.
We love you Ale.
Love,
Daddy and Mommy.’
Alessia membaca surat tersebut tanpa ekspresi apapun hingga membuat Jacob bingung sekaligus penasaran dengan isi surat tersebut sehingga Alessia membacanya tanpa ekspresi apapun. Padahal itu adalah surat dari mendiang ayahnya.
Setelah membaca surat tersebut, Alessia melipatnya lalu meletakkan surat itu di atas meja kemudian menatap Jacob. Mereka berdua saling menatap dan saling menunggu apa yang akan lawan bicara mereka katakan. Nyatanya, hingga 5 menit kemudian tak ada yang bersuara.
“Dari mana Anda tahu saya bekerja di sini?” Tanya Alessia memecah keheningan di antara mereka.
“Sudah tiga hari berturut-turut saya berkunjung ke rumah Anda namun tak menemukan siapapun di sana. Jadi saya memutuskan untuk menyuruh detektif mencari keberadaan Anda. Maaf jika Anda tidak nyaman dengan hal itu” Jelas Jacob namun tak mendapat respon apapun dari Alessia.
“Ehem... Kalau begitu saya akan membacakan warisan yang diberikan kepada Anda sebagai ahli waris” Ucap Jacob pada akhirnya kemudian membuka amplop yang berbeda dari sebelumnya dan mengeluarkan beberapa lembar kertas.
“Saya John Wilson menulis surat ini dengan sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Saya memutuskan untuk menyerahkan seluruh harta saya kepada Alessia Wilson yang berstatus sebagai putri saya berupa sebuah perusahaan textil, rumah, dan uang sejumlah seratus juta” Ucap Jacob. “Sekadar informasi saja, bahwa rumah yang Mr. Wilson maksud adalah rumah yang Anda tempati saat ini dan sebuah rumah yang beliau bangun sejak ia mengetahui penyakitnya sebulan sebelum beliau meninggal” Tambah Jacob.
“Saya hanya akan menerima rumah dan seperempat dari uang itu. Sisanya tolong sumbangkan ke yayasan amal” Ucap Alessia.
-------
Kayaknya aku terlalu cepet kasih hint yaa? :D
Jangan lupa coret kolom komentar yaa^^
Love you guys~