Jacob sangat terkejut dengan apa yang Alessia katakan.
Bagaimana tidak?
Jumlah dari apa yang Alessia ingin terima sangat jauh dari apa yang seharusnya Alessia terima. Perusahaan textil yang John bangun bukanlah perusahaan kecil yang akan bangkrut dalam sehari melainkan salah satu perusahaan terbesar dibidang textil.
Dan Jacob baru saja mendengar seseorang menolak menerimanya dan malah memilih untuk menyumbangkannya.
“Perusahaan tersebut bukanlah perusahaan kecil, Miss. Apakah Anda serius akan menyumbangkan perusahaan tersebut?” Tanya Jacob meyakinkan.
“Ya” Jawab Alessia.
Jacob menghela nafas pelan.
“Baiklah. Kalau begitu silakan tanda tangan di sini sebagai bukti bahwa Anda telah menerima surat wasiat tersebut. Saya akan segera membuat surat pengalihan untuk harta yang akan Anda sumbangkan ke yayasan amal” Ucap Jacob sembari menyodorkan kertas yang ia baca tadi dan sebuah pulpen yang langsung ditanda tangani oleh Alessia.
“Bisakah Anda memberikan nomor Anda yang dapat saya hubungi?” Tanya Jacob.
Alessia lalu menyebutkan nomor telepon rumahnya.
“Telepon rumah? Bisakah Anda memberikan nomor ponsel Anda? Agar saya dapat lebih mudah menghubungi Anda”
“Aku tak memakai ponsel” Ucap Alessia.
“Ah, baiklah”
“Jika aku tak menjawab teleponmu, kamu boleh menelepon ke perusahaan di waktu seperti sekarang”
“Baik. Saya akan menghubungi Anda begitu berkasnya selesai” Ucap Jacob kemudian membereskan berkas-berkasnya.
“Kalau begitu saya permisi dulu” Pamit Jacob lalu pergi meninggalkan Alessia sendirian.
Alessia tetap terdiam di tempatnya ketika Jacob meninggalkannya. Entah apa yang ia pikirkan, tapi satu yang pasti bahwa ia tidak membutuhkan lebih dari yang ia terima. Jujur saja, ia telah terbiasa dengan hidupnya kini. Ia sangat menghargai apa yang telah ayahnya berikan padanya tapi ia hanya ingin menerima sedikit dari semua itu dan menyumbangkan selebihnya ke yayasan amal.
Setelah cukup lama ia merenung di tempatnya, Alessia berdiri dari kursinya dan kembali ke perusahaan untuk bekerja.
-------
“SHAILINE! SHAILINE!”
“SHAILINE! I LOVE YOU!”
“SHAILINE LOOK AT ME!”
“YOU'RE THE MOST BEAUTIFUL IN THE WORLD SHAILINE!”
“SHAILINE I LOVE YOU SO MUCH”
Teriakan demi teriakan dari ratusan orang menggema di seluruh bandara John F. Kennedy International Airport begitu melihat seorang wanita yang bernama Shailine Wallace keluar dari gate bandara.
Shailine Wallace. Salah seorang model, penyanyi, dan selebritis terkenal di seluruh benua Eropa, Amerika dan akan merambat hingga ke Asia. Shailine bernaung di bawah agensi Wallace Entertainment. Dan ya, Shailine memiliki hubungan darah dengan keluarga Harry Wallace. Shailine adalah satu-satunya sepupu yang dimiliki Harry.
Ayah Shailine merupakan adik dari ayah Harry hingga nama Wallace juga disandang oleh Shailine. Meski ayah Shailine memiliki perusahaannya sendiri, namun Shailine tak pernah berniat untuk mengambil alih perusahaan tersebut walau dia adalah anak satu-satunya dan lebih memilih berkarir di dunia entertainment.
Maka dari itu hingga saat ini Harry yang harus meng-handle perusahaan keluarga Shailine semenjak ayah Shailine meninggal. Namun itu hanya bersifat sementara sampai Shailine menikah nantinya dan suaminya yang akan meneruskannya.
“SHAILINE!”
Teriakan-teriakan nama Shailine dan kerlap-kerlip blitz kamera tak pernah berhenti hingga Shailne tiba di depan bandara. Dan hal tersebut mengharuskan para bodyguard-nya untuk selalu siap dan cepat tanggap dalam mengawal Shailine keluar bandara.
Saat tiba di depan bandara, Shailine langsung masuk ke dalam mobil setelah berbalik sejenak untuk menyapa para penggemar yang telah menanti kedatangannya di bandara.
Setelah duduk nyaman di dalam mobil, Shailine langsung menghela napas panjang.
“Lelah ya?” Tanya Zee, manajer Shailine.
“Iya, aku sangat-sangat lelah” Jawab Shailine sembari memejamkan matanya.
“Butuh pelukan?” Tanya Zee. Shailine hanya mengangguk sebagai jawabannya, namun bibirnya juga ikut tersenyum.
Mendapat persetujuan dari Shailine, Zee dengan sigap langsung duduk di atas pangkuan Shailine dan membawa Shailine ke dalam pelukannya yang Shailine balas dengan erat.
“Aku merindukanmu” Ucap Shailine sembari mengecup leher Zee. Untung saja mobil yang mereka gunakan memiliki pembatas atas kursi supir dan penumpang serta memiliki sistem kedap suara jadi tidak ada yang akan melihat apa yang mereka lakukan.
“Setiap hari ‘kan kita bertemu. Kamu masih rindu juga?” Tanya Zee tak percaya.
“Tapi aku tak melihatmu semalam. Kamu pulang lebih dulu meninggalkanku”
“Itu ‘kan karena aku harus mengurus sesuatu di sini. Lagipula kita sudah bertemu kembali”
Shailine menengadahkan kepalanya dan menatap mata Zee.
“Memangnya kamu tak merindukanku?” Tanya Shailine.
“Tentu saja aku juga merindukanmu. Dan kalau bukan karena urusan pekerjaan, aku juga tak akan rela meninggalkanmu, Honey” Ucap Zee membuat Shailine tersenyum lalu melumat bibir Zee cukup lama.
“I love you” Ucap Shailine.
“Love you too, Baby” Sahut Zee lalu kembali melanjutkan ciuman panas mereka.
Yap, Shailine dan Zee merupakan pasangan rainbow. Mereka telah menjalin hubungan selama lima tahun, tiga bulan setelah Shailine merambat karirnya.
Dan tak ada seorang pun yang mengetahui hubungan mereka berdua.
-------
“Harry!” Panggil Shailine saat melihat Harry yang berjalan ke arah lift begitu masuk ke dalam perusahaan.
Shailine lantas langsung berlari ke arah Harry dan memeluknya erat. Dan tentu saja hal itu membuat seisi perusahaan riuh dan menjadikan mereka berdua pusat perhatian.
Harry yang terkejut lantas berusaha melepas pelukan Shailine. Walaupun mereka adalah sepupu, tapi tetap saja, Harry adalah Harry. Sikapnya tak pernah berubah dengan siapapun dia bersama, termasuk Shailine.
“Aku merindukanmu sepupu” Ucap Shailine sembari melepas pelukannya.
Harry hanya menghela napas kemudian berjalan meninggalkan Shailine memasuki lift.
Demi apapun, ini masih pagi!
Namun, bukan Shailine namanya jika dia hanya akan diam saja ketika Harry meninggalkannya. Ia sudah sangat paham betul dengan kepribadian sepupunya ini. Maka dari itu ia melakukan hal yang paling tidak Harry sukai, yaitu memeluknya di depan umum.
Shailine segera mengejar Harry setelah puas tertawa dalam diam karena ia harus menjaga image-nya di depan umum.
“Hei sepupu, kau tidak merindukanku? Padahal kita baru ketemu lagi setelah setahun” Ucap Shailine ketika mereka berada di dalam lift.
Harry tak menjawab pertanyaan Shailine.
“Kau sama sekali tidak berubah ya Harry” Ucap Shailine sembari menggandeng lengan Harry dan dibiarkan begitu saja oleh pria itu. Karena percuma melawan Shailine yang tak pernah menyerah.
“Nanti siang temani aku belanja ya! Sudah lama kita tak jalan bersama” Ajak Shailine.
“Tidak bisa, ada rapat”
“Batalkan saja, demi aku. Kau ‘kan bosnya, jadi kau boleh berbuat apa saja. Jadi batalkan saja ya, ya, ya!”
“Tidak bisa”
“Batalkan! Batalkan ! Batalkan!” Ucap Shailine cemberut sembari menghentak-hentakkan kakinya.
Harry menghela napasnya. Jika sudah begini, tak ada lagi yang dapat menentangnya atau Shailine akan melakukan yang lebih buruk lagi dari memeluknya di depan umum.
“Baiklah” Ujar Harry.
“Yey!” Seru Shailine senang.
Walau diluar Shailine tampak dewasa, namun jika bersama keluarganya maka sifat wanita itu bisa berubah 180 derajat. Ia akan menjadi manja, super ceria, dan cerewet.
Shailine dan Harry lalu berjalan keluar lift menuju ruangan Harry bersama Shailine yang masih menggandeng lengan Harry. Siapapun yang melihat mereka pasti akan mengira mereka berdua adalah pasangan kekasih. Terlebih wajah Shailine terlihat sangat ceria.
“Selamat pagi, Sir! Miss Wallace!” Sapa Laura ketika melihat Harry dan Shailine.
“Hai Laura” Sapa Shailine balik sembari tersenyum lebar pada Laura.
Sementara Harry mengabaikannya dan meneruskan langkahnya menuju ruangannya yang diikuti oleh Shailine.
Saat Harry membuka pintu ruangannya, ia mengerutkan keningnya melihat siapa yang berada di dalam ruangannya.
-------
Hayo loh... Siapa nih yang udah curiga duluan sama Shailine? :')))
Dan siapa yang ada di dalam ruangan Harry? >_<
Love you guys~