“Urusan perasaan itu jangan dipikir terlalu rumit. Apapun yang kamu rasakan itu sangat nyata. Valid. Jangan berusaha menghindari apalagi mengabaikannya. Akui apapaun yang kamu rasakan, barulah kamu bisa menentukan sikap yang tepat.” Entah sudah yang ke berapa kalinya hari ini Jen menghela nafas berat. Kalimat Rima tadi terus terngiang-ngiang di telinganya. Bahkan saat ia sedang mandi, menonton video, dan makan malam. Kalimat itu seperti lonceng yang terus berdentang. Memberi peringatan pada Jen untuk tidak terlalu rumi memikirkan perasaannya yang sebenarnya sudah jelas. Hanya saja, ia enggan mengakuinya. Ya, ia baru menyadari hal itu setelah mengobrol dengan Rima. Jen kira, selama ini ia sudah berhasil melupakan laki-laki itu. Ternyata, perasaannya hanya berhibernasi sesaat. Saat kehanga