Drieënvijftig

1749 Kata

“Aku nggak nyangka orang sesangar itu bakal nangis di depan kita.” Ihsan memulai topik pembicaraan sembari sibuk menyetir. Ia sedang dalam perjalanan mengantar Hans kembali ke hotel. “Mungkin karena kita berdua laki-laki. Dia jadi lebih mudah menunjukkan isi hatinya.” Jawab Hans sambil menatap ke luar jendela. Tak terlalu berminat dengan topik yang dipilih Ihsan. Ihsan mengangguk setuju. Masih fokus menatap jalanan di hadapannya. “Bisa jadi.” Katanya. “Semoga dia benar-benar menepati janjinya dan hubungan mereka membaik.” Hans menghela nafas panjang. Menopang pipinya dengan tangan. Ihsan menoleh. “Kasus ini ‘kan sudah beres, Hans. Jadi gimana? Kamu mau sekalian liburan di sini sebentar atau mau langsung kembali ke ibukota?” “Hm?” Hans tersentak dari lamunannya. Sebenarnya sejak pagi t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN