“Awalnya, aku hanya akan mengantarkan Hans kembali ke keluarganya di Belanda. Kemudian kembali ke Indonesia untuk menunaikan janjiku pada ayahmu. Tapi, sebulan setelah kejadian malam itu, Ikram mengirim email padaku.” Haribawa menghirup nafas panjang. Wajahnya terlihat tak baik. Jen menunggu dengan sabar di kursinya. Perutnya sudah kenyang, pun tak ada beban pekerjaan yang membuatnya diburu waktu. Yah, meski satu-satunya hal yang membuatnya tak nyaman hanyalah wajahnya yang sembab karena menangis berkali-kali. Tapi, saat ini ia sudah mampu menenangkan diri. Sepertinya, ia takkan lagi terlalu terkejut dengan berita sedih selanjutnya. “Email itu berisi tentang kabar buruk dan kabar baik.” “Apa kabar buruknya?” Sahut Jen cepat. Membuat Haribawa menoleh. “FBI belum bisa menemukan pemilik s