Gin termenung diatas sajadah. Ia baru saja mencurahkan seluruh isi hatinya sambil bersujud. Seharusnya ia merasa bahagia dengan kembalinya Harumi yang kini juga tengah mengandung buah hati mereka. Tetapi ada rasa kosong yang terasa di hati Gin. Gin bangkit dari duduknya, melipat sajadah dan menatap keluar jendela ruangan kerjanya. Kantornya sudah mulai sepi, hampir semua karyawan sudah pulang dan tinggal beberapa orang saja yang masih berada disana. Perlahan Gin menghela nafasnya dan kembali menghempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya yang empuk. Entah mengapa malam ini ia tak ingin pulang cepat. Wajah Harumi yang terpampang di layar handphonenya membuat raut wajah Gin terlihat sedih. Walau mereka sudah kembali bersama lebih dari dua minggu ini, Gin merasa Harumi masih menjaga jarak den

