“Udah, Kai. Aku udah kenyang.” Menolak suapan dari Kai yang baru ke sepuluh. Kai menghembuskan nafasnya pelan. “Gimana mau cepat sembuh kalo makan bubur aja males gini?” Yana tetap diam, mengalihkan pandangannya. “Padahal aku tuh pen cepet nikah lho. Kalo kamu nggak juga sembuh, aku nikah sama anak pemilih sawah itu aja.” Kai menaruh mangkok diatas nakas, meraih ponselnya. Mulai mengusap-usap layar ponsel. Yana udah melotot kearahnya. Kai menempelkan ponsel ditelinga, menit kemudian tersenyum. “Hallo, Suf,” sapanya masih dengan senyum yang mengembang. “Disitu ada pak Karman nggak?” terdiam sesaat. “Kasih ponselnya ya, aku mau ngomong penting sama pak Karman.” Pak Karman, pemilik sawah yang berada di Jogja. Sawahnya berhektar-hektar dan di sewakan pada semua penduduk kampung. Mempunyai