“Ma …,” panggil Ryota lembut ketika Nilam menyambut kedatangannya siang itu. Nilam tersenyum kemudian mengusap lengan putranya. “Kamu sudah datang. Mama kira agak sore baru akan datang.” “Takut macet, Ma.” Ryota menoleh ke belakang lalu kembali bicara pada Nilam. “Ini Om Handi, Ma.” Handi maju mendekat lalu mengulurkan tangan ke arah Nilam. Ditatapnya dengan hangat wanita dari masa lalu yang sangat dicintai oleh sahabatnya hingga ajal menjemput. “Nilam ..., apa kabar?” “Seperti yang bisa Mas Handi lihat, saya baik,” sahut Nilam sopan diiringi senyum ramah. Melihat sosok Handi secara langsung membuat Nilam terkenang akan salah satu masa terindah dalam hidupnya, yaitu ketika ia merasakan cinta dari satu-satunya lelaki dalam hidupnya. Awalnya ketika Ryota menyampaikan pada Nilam bahwa H