Rose menangis tanpa suara di depan jasad putri bungsunya yang sudah tidak bernyawa. Berbagai penyesalan mulai memenuhi dadanya hingga membuat napasnya sesak. Tetes demi tetesan air matanya seakan sudah tidak berguna lagi untuk dia keluarkan, karena semua sudah terlambat. Permohonan maaf pun tak bisa lagi dia sampaikan pada perempuan yang terpejam di depannya. “Nara ...” rintih Rose dengan suara pilu. Semua mata yang menatap pemandangan itu seakan tersayat ketika mendengar rintihan pilu ibunda Nara. Malam sebelumnya, Nara masih ikut makan malam bersama dengan seluruh anggota keluarganya. Kemarin malam, rencana tanggal pernikahan Nara dan Darius Atmadja sudah ditetapkan dan kedua pihak keluarga pun sudah menyetujui dengan tanggal yang menurut mereka adalah hari baik untuk melangsungkan

