Sore yang menggairahkan

1309 Kata
Kavi berbaring sambil menopang kepalanya dengan siku tangan, sedangkan satu tangan lainnya membelai punggung telanjang Syera. Gadis itu tertidur dengan posisi menelungkup setelah aktivitas panas yang mereka lakukan beberapa waktu lalu. Hingga detik ini, lelaki itu sama sekali tidak mengetahui masalah yang terjadi dalam keluarga Syera. Meskipun gadis itu tidak pernah mengatakannya, tapi dia yakin sekali kalau Syera memiliki kehidupan yang rumit. Syera sering kali menyebut nama Raffa, yang katanya adalah kakak kandungnya. Sejauh ini, Kavi memang tidak pernah mencari tau, karena dia tidak ingin mencampuri kehidupan privasi gadis itu. Sewaktu kuliah pun Syera sangat tertutup, tidak pernah mengizinkan Kavi mengantarnya sampai rumah, bertemu pun harus di luar tidak boleh ke rumahnya. Saat itu Syera menghilang selama satu Minggu dan tiba-tiba menyatakan putus. Dia sama sekali tidak tau apa penyebabnya dan mereka putus begitu saja. Kavi menganggap itu sebatas hubungan lewat saja, karena mereka berpacaran hanya berjalan tiga bulan. Setelah empat tahun berpisah, dia kembali bertemu gadis itu lagi. Syera yang dia temui saat ini terlihat semakin cantik dan dewasa. Mereka kembali memulai berteman dari awal menjadi rekan kerja dan teman curhat. Dia akui pesona gadis itu masih memporak-porandakan hatinya yang telah dimiliki oleh wanita lain. Kavi pun tidak mengerti mengapa Syera menawarkan hubungan tanpa status ini, bahkan dia menyerahkan keperawanannya pada lelaki itu. Kavi pikir Syera sudah sering melakukan hubungan tanpa status semacam ini. Ternyata ini yang pertama untuknya. “Hai,” sapa Kavi ketika mendapati gadis di sampingnya mulai membuka mata perlahan dan merubah posisi tidurnya. “Jam berapa ini?” tanya Syera serak khas bangun tidur seraya menarik selimut dan menutupi tubuh atasnya yang terekspos. Kavi melirik jam yang menggantung di dinding kamar hotel ini. “Jam enam lewat empat puluh lima,” kata Kavi dengan mata kembali fokus pada gadis di sampingnya. Syera kembali memejamkan mata, lalu membukanya lagi. “Mau check out?” tawar Kavi. Sejujurnya Syera ingin berlama-lama di sini, kalau bisa selamanya. Tapi, sepertinya itu tidak mungkin. Mamanya pasti akan mengamuk jika dia tidak pulang. “Kamu ada janji sama Manda?” tanya gadis itu. “Kami belum ada komunikasi lagi, terakhir tadi sore ketika aku masih di kantor,” jawab Kavi menjelaskan. Kavi memang sudah memberitahu Manda kalau dirinya akan lembur di kantor sampai malam. Itu sebabnya Manda tidak menghubunginya ketika sedang kerja. “Baguslah,” ucap Syera lega. Biasanya kalau tunangan lelaki itu sudah menghubungi Kavi terpaksa mereka harus menyudahi pertemuan. Dan Syera akan kesal sekali setiap itu terjadi. “Kenapa?” tanya Kavi. Syera menggeleng. “Kita masih punya waktu,” ucap lelaki itu lagi. “Hum,” gumam gadis itu, yang membuat Kavi gemas dan langsung menindih tubuh Syera. “Lagi?” tanya Syera yang langsung menatap manik hitam pria itu yang telah berkabut. “Kita gak akan menyia-nyiakan waktu yang ada, bukan?” Kavi menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh polos Syera. Di d**a gadis itu sudah banyak tanda merah yang disematkan oleh lelaki itu di awal percintaan mereka sore tadi. Kavi pun memainkan puncak d**a gadis itu yang sudah menegang, lalu menghisapnya seperti bayi, sedangkan satu tangannya lagi meremas gundukan lainnya. Syera menekan kepala Kavi di dadanya, lelaki itu pun menghisap kuat gumpalan padat dan kenyal miliknya. Kemudian Kavi berpindah turun mengecupi perut gadis itu terus turun ke bawah hingga ke area favorit lelaki itu. “Shh ....” Suara desahan itu berhasil lolos dari bibir seksi milik Syera tanpa mampu di tahannya ketika lidah lelaki itu kembali bermain di inti tubuhnya. Setelah dirasa gadis itu sudah mulai terangsang, Kavi memposisikan tubuhnya duduk, lalu menarik tangan Syera untuk bangun dan duduk di atas pangkuannya. Kali ini mereka melakukan adegan percintaan dengan posisi 'lotus', Kavi membantu Syera menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuan lelaki itu. “Khav ...,” desah Syera memeluk tubuh Kavi erat, dia merasakan kenikmatan luar biasa yang tidak mampu diungkapkannya. Syera pun semakin cepat bergerak di atas Kavi, suara desahan keduanya menggema di ruangan kamar 6x6 meter itu. Syera yang lebih dulu mencapai orgasmenya, tak lama disusul oleh Kavi. Tubuh lelaki itu menegang merasakan klimaks yang dicapainya. Luar biasa. Kavi merebahkan tubuh Syera dengan dia yang masih di atasnya. Keduanya saling berciuman menikmati sisa-sisa percintaan panas mereka. Di tengah-tengah cumbuan lelaki itu, tiba-tiba perut Syera berbunyi. “Kamu kelaparan, Mine?” tanya Kavi, sedangkan Syera tersipu malu. Padahal tadi sore Syera sudah makan sebelum Kavi datang. Atau bisa saja tenaganya terkuras habis setelah melakukan percintaan panas mereka selama tiga ronde. “Kita mandi setelah itu makan, aku gak mau kamu sampai kelaparan begini,” ujar Kavi seraya membopong tubuh Syera menuju kamar mandi. Usai mandi bersama, keduanya check out dari hotel dan mencari makan di luar sebelum mengantar Syera pulang. Mereka memasuki kafe yang tidak begitu ramai pengunjung malam ini dan mengambil meja yang berada di dekat jendela. Tak lama sorang waitress datang dan mencatat pesanan mereka. “Apa yang akan kamu lakukan besok?” tanya Kavi dengan jari tangan yang mengetuk-ngetuk meja. Syera menggeleng seraya berpikir, biasanya kalau weekend dia akan menghabiskan waktu di rumah saja. “Mungkin di rumah seharian,” jawab Syera. “Tidak keluar, misalnya nongkrong bersama teman?” Syera menggeleng lagi, sejujurnya dia tidak punya teman. Sahabatnya hanya Nara, kekasih abangnya. Syera memang sedikit menutup diri dari publik, terkait kasus yang menimpa sang mama empat tahun lalu. “Mungkin bila Nara datang kami biasa hang out,” ujar Syera . “Bagaimana denganmu?” tanya Syera balik ke pada lelaki di depannya. “Berkumpul dengan keluarga, terkadang Manda minta di temani keluar untuk bertemu dan bersenang-senang dengan teman-temannya,” ungkap Kavi. Syera tau dirinya hanya sebuah debu dibandingkan dengan tunangan lelaki itu yang putri seorang pengusaha. Tunangan Kavi juga seorang penulis dan memiliki banyak teman di dunia nyata mau pun di dunia maya. Syera mengetahui itu semua karena dia dengan kurang kerjaannya meng-stalker wanita bernama Amanda Laura itu. Tak lama seorang waitress datang mengantarkan pesanan mereka. Keduanya fokus pada makanan masing-masing. Usai makan malam Kavi mengantar Syera pulang, semenjak mereka memulai hubungan tanpa status ini Kavi selalu mengantar Syera sampai di rumahnya walaupun gadis itu menolak. Kali ini dia tidak mau kehilangan jejak gadis itu, walaupun mereka tidak punya ikatan. Kavi menghentikan mobilnya tepat di depan rumah berlantai dua. Syera membuka seat belt bersiap untuk turun, namun Kavi menahannya. “Apa?” Syera bertanya tanpa suara. Tanpa aba-aba Kavi langsung melumat bibir Syera kasar. Gadis itu pun membalas ciuman lelaki itu. Setelah berpagutan kurang dari tiga menit, Kavi mengelap bibir basah Syera akibat air liur mereka dengan ibu jarinya. “Masuklah dan beristirahat, kita bertemu dua hari lagi,” kata Kavi seraya membelai pipi mulus gadis itu. Syera mengangguk, lalu membuka pintu mobil. Kavi mengendarai mobilnya kembali setelah Syera sudah masuk ke dalam rumah. “Siapa itu tadi?” tanya Lidya yang tengah duduk di sofa ruang tamu dengan sebatang rokok terjepit di antara jarinya. “Bukan siapa-siapa,” jawab gadis itu tak acuh. “Pacarmu, kan?” Kembali Lidya bertanya. Syera yang hendak menaiki tangga menghentikan langkahnya dan menoleh ke Mamanya yang sepertinya sangat penasaran. “Bukan. Kami hanya teman kerja,” katanya kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamarnya. Di lain tempat. Seorang gadis berjalan mondar mandir di kamarnya yang luas dengan benda pipih tergenggam di tangannya. “Kurang ajar!” desis gadis itu marah. Entah sudah berapa banyak kata kasar dan makian yang keluar dari bibirnya setelah mendapat pesan dari seseorang yang dikenalnya. Gadis itu berhenti berjalan tak menentu, lalu duduk di tepi ranjangnya. Tangannya menari indah di atas layar ponselnya, mencari nomor kontak seseorang. Kemudian menempelkan benda pipih itu di telinganya. Menunggu. “Ya?” sapa suara berat di ujung sana setelah panggilannya tersambung. “Bantu aku please,” mohon gadis itu. “Katakan!” balas suara berat di sana, seperti paham dengan masalah yang dialami gadis itu. “Namanya Syera,” ucap gadis itu menyebutkan targetnya. “Ok.” Gadis berambut sebahu itu tersenyum sinis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN