Anthea terbangun dengan perlahan, matanya terbuka dalam keremangan kabin pesawat. Suara dengungan mesin yang halus dan cahaya lembut di sekitar membuatnya merasa aneh, seolah-olah dia berada di dunia yang berbeda. Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya begitu lemas. Sejenak, dia hanya bisa menatap ke depan, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum semuanya menjadi gelap. Di sekelilingnya, ada wajah-wajah yang tampak tak asing. Wajah-wajah yang seharusnya dia kenali, namun namanya tertutup oleh kabut tebal di benaknya. Ada seorang pria paruh baya di sampingnya yang menatapnya penuh rasa khawatir, sorot matanya lembut dan melindungi. Di sebelahnya lagi, seorang wanita muda duduk diam, raut wajahnya menunjukkan antara harapan dan kesedihan. "Lanesh," suara pria itu memecah keheninga