Setelah menyelesaikan makan malamnya yang lebih awal bersama Hercules dan Anthea, Ares berjalan santai keluar dari restoran hotel. Langkahnya terasa ringan, meski pikiran tentang pindah ke hotel lain sudah ada di benaknya. Hotel tempat mereka mengadakan pesta pernikahan Hercules semalam terlalu tenang untuk seleranya. Ares, dengan jiwa brutalnya yang tak pernah puas, selalu mencari tempat yang lebih hidup dan penuh kejutan. Ketika tiba di lobi, dia melirik arlojinya. “Masih tak terlalu malam. Ada cukup waktu buat pindah,” gumamnya, sebelum melangkah menuju lift. Namun, saat tiba di lantai suite yang ditempatinya, sesuatu yang tak terduga terjadi. Begitu dia membuka pintu kamar, matanya langsung tertuju pada sosok yang sedang mengobrak-abrik isi kopernya. Alis Ares bertaut, da