Denzel berdiri di depan jendela kamar hotelnya yang besar, menatap keluar ke langit yang masih terang. Tangan kanannya memainkan gelas wine dan tangan kirinya memegang ponsel, sesekali melihat ke arah layarnya karena menunggu kabar Neisha dari anak buahnya. Kabar terakhir dari anak buahnya yang dikirim untuk memeriksa keadaan Neisha masih belum jelas. Tak lama kemudian, ponselnya berdering dan dia segera mengangkatnya. “Tuan,” Marco mulai bicara, suaranya sedikit terengah-engah, “kami baru saja kembali dari apartemen Dokter Neisha. Kami tidak menemukannya di sana.” Denzel menautkan alisnya. “Apa maksudmu? Apa kau yakin?” “Ya, Tuan. Apartemennya kosong, tapi itu bukan yang paling mengkhawatirkan. Tempatnya sangat berantakan. Seperti baru saja terjadi perkelahian di sana.” Kata-kata