Seolah bisa membaca pikiran Akbar saat melihat ekspresi wajahnya, Anton hanya tersenyum kecut saja dan menjelaskan tanpa diminta, “Kami sudah berusaha mencari asisten rumah tangga untuk bantu-bantu kerjaan di rumah, Gus. Tapi ndak ada yang betah. Hanya ada satu yang betah dari pertama pindah, warga sekitar sini. Tapi itu pun dia tak mau tinggal di sini dan selalu pulang kalau petang.” “Wajar to itu,” sahut Akbar, “Rumah ini memang mewah, tapi singup.” “Singup?” tanya Lina yang duduk di sebelah Anton. “Singup itu gimana ya istilahnya…” jawab Akbar sambil terlihat berpikir. “Angker mungkin Gus?” celetuk Vina. “Kurang lebih seperti itu,” jawab Akbar. Lina meremas lengan suaminya tanpa sadar ketika mendengar kata-kata Akbar. Anton hanya menepuk-nepuk pelan jemari istrinya agar membuatnya