Hujan deras yang tidak kunjung reda itu, tak menimbulkan kegentaran dalam hati Gilang untuk menemui Ayara malam ini juga. Seperti hari esok tak ada lagi, Gilang ingin segera cepat-cepat sampai di rumah Ayara dan meminta gadis itu memecahkan segala teka-teki yang ada dalam benaknya. Sesekali bibirnya menggigil saat lampu merah memaksanya berhenti. Tatapan orang di sekitarnya mengiba, menyaksikan Gilang yang sudah basah kuyup karena kehujanan itu. Tapi bagi dirinya sendiri, tak masalah. Ini jauh lebih baik daripada harus berdiam diri di rumahnya dan menikmati bagaimana perlahan-lahan pusing di kepalanya mendera. Sampai beberapa saat kemudian, motor Gilang berhenti di depan pintu gerbang kediaman Ayara. Tampak masih menyala lampu-lampunya. Wajar saja, jam anti air di tangannya itu masih m