“Rita, bagaimana kabarmu?” “Baik. Kamu makin tampan, Sayang?” Liam tersenyum, memberikan minuman yang dipegangnya pada pramusaji yang kebetulan lewat, lalu secara perlahan melepaskan pelukan Rita. Tentu saja dengan lembut. Bagaimana pun Liam tidak ingin mempermalukan perempuan yang sudah lama dikenalnya, mengabaikan wajah Rita yang mencebik. Menyingkirkan rasa bersalah, ia melanjutkan pertanyaan. “Bukannya kamu di luar negeri?” Liam kembali mengambil minumannya, melangkah perlahan ke tempat Kamari duduk. “Sudah kembali tahun lalu. Lihat 'kan, bahkan aku kembali kamu pun nggak tahu.” “Aku sibuk.” “Iya-iya, percaya kok. Kalau seorang CEO perusahaan besar sangat sibuk. Kamu tinggal di rumah sendiri sekarang?” “Iya.” “Kapan-kapan boleh main?” Mereka tiba di sofa Kamari dan gadis itu s