BAB 19

1551 Kata

“Gila, sih. Gede banget rumah ini.” “Hooh, Pak Liam emang beneran kaya.” “Kira-kira dia cari istri nggak, ya?” “Lah, ada Kamari.” “Istri kedua, dong. Biar aja Kamari jadi istri pertama, aku daftar yang kedua.” Vasthi menjerit saat Kamari mencubit pinggangnya. Mereka serempak menoleh pada gadis itu. “Apaan, sih? Sakit tahu.” “Lagian, omongan nggak bisa dijaga? Siapa yang jadi istrinya, Om?” Mereka duduk di teras samping yang teduh, menghadap langsung ke kolam yang berkilauan diterpa cahaya matahari. Udara siang yang terik sedikit terhalau oleh kipas angin uap besar yang terus berputar, menyebarkan kesejukan. Di atas meja kayu, tersaji dua piring penuh irisan buah segar berwarna-warni, ditemani mangkuk sambal kacang yang harum menggoda. Minuman dingin dengan butiran es yang perlahan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN