Meski berat hati Safa menuruti perintah sang kakak untuk pulang, hari ini dia sengaja ijin tidak masuk kerja untuk menemani Lia. Kakak iparnya, Rian masih dalam masa kritis walau peluru sudah dikeluarkan dari tubuhnya. Dia memang mulai merasa lelah, pasti kakaknya lebih lelah dari dirinya. Safa bahkan melihat wajah Lia begitu pucat, tadi saja setiap menemui Rian yang berbaring lemah kakaknya itu tidak bisa menutupi rapuh dan kesedihan meski berusaha terlihat kuat. Biar begitu Lia tetap tidak mau pulang, ingin terus berada di samping suaminya. Safa mengerti apa yang di rasakan Lia, mana mungkin bisa istirahat dengan tenang jika orang tercintanya berada di posisi seperti Rian. “Aku pulang, obatnya di minum teh.” Pamit Safa Lia mengangguk, membuka saset obat herbal masuk angin ters