“Kenapa kalian kaget?” Bahran mengerutkan keningnya. Barra yang tadinya merasa kaget, tiba-tiba bertawa tidak berhenti. Rhe mencoba menahan tawanya, tapi ia pun tak kuat lagi dan ikut tertawa. Pertiwi ikut bingung, “Ada apa Rhe? Dokter Malik papanya Inka bukan? Kenapa kalian tertawa?” “Pap, Tante Tiwi, mungkin sebelum ketemu dokter Malik, aku dan Rhe harus bicara sesuatu. Tapi, mungkin Rhe yang harus bicara,” Barra kembali tertawa. Rhe hanya mengerucutkan bibirnya dan memukul Barra pelan. “Tante, lihat! Rhe sering seperti itu, memukulku..” Barra tiba-tiba mengadu. Pertiwi hanya membelalakkan matanya. Sedangkan Barra hanya tertawa. Bahran geleng-geleng kepala melihat kelakuan keduanya. Rasanya tidak percaya sikap kekanak-kanakan tapi mau menikah? Apa mereka sungguh sungguh? Akh