“Barra.. Barra.. Papa..” Rhe terus saja terisak. Barra mengelus punggung Rhe terus menerus. Jangankan Rhe, ia saja merasa terharu membacanya. Ia sangat merasakan betapa sayangnya Jaksa Adhi pada Rhe. Tak lama, Rhe menarik nafas panjang, mencoba menghentikan tangisnya. Tangannya menghapus air mata di pipinya. Barra ikut membantu mengeringkan air ata yang masih mengalir. “Barra, papa, paling tahu aku.. Aku sedih sekali tidak bisa memberi tahu papa kalau aku menjadi polisi sekarang. Pemikiran papa ternyata betul, aku lebih cocok jadi polisi. Dan, tak hanya itu, papa bilang bangga padaku.. Aku senang sekali.. Aku bahagia.. Tapi aku juga sedih dan terharu,” Rhe kembali berurai air mata. "Aku kangen papa Barra.." “Matamu bengkak sayang..” Barra menghapus air mata yang masih bercucuran