bc

Istri Kontrak: Pernikahan 90 Hari

book_age18+
51
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
HE
second chance
heir/heiress
drama
sweet
bxg
office lady
like
intro-logo
Uraian

Zalima Cahyaning, janda enam kali yang menikah demi uang, tengah menghitung hari menuju pensiun dari profesinya sebagai istri bayaran. Tapi klien terakhirnya justru orang dari masa lalu—mantan kekasih semasa kuliah, Raden Prajaka Bumi Dirgantara.

Tujuan pria itu tak sesederhana kedengarannya: menikahi Zalima selama tiga bulan, demi menjaga reputasi, menghindari sorotan media, dan sebagai “ujian” bagi mantan istri yang telah dia talak dua—sebelum memutuskan rujuk.

Namun segalanya jadi rumit ketika luka lama terbuka kembali, strategi keluarga ikut bermain, dan perasaan yang seharusnya mati malah tumbuh perlahan.

Kontrak ini mungkin punya tanggal kedaluwarsa. Tapi bagaimana jika cinta kembali datang ... saat semuanya seharusnya selesai?

Original story by Hellowol_

chap-preview
Pratinjau gratis
PROLOG
“Menikahlah denganku, untuk tiga bulan saja.” Zalima Cahyaning langsung tertegun mendengarnya. Dia baru saja duduk beberapa detik lalu, kursinya bahkan belum sempat hangat, tapi Raden Prajaka Bumi Dirgantara—pria di hadapannya—tanpa basa-basi mengucapkan kalimat itu. Kalau ditanya apakah jantungnya berdebar karena ajakan itu? Jawabannya tidak. Sama sekali tidak. Meski mereka pernah berpacaran di masa lalu, tapi perasaan itu sudah lama mati, ikut terkubur bersama berakhirnya hubungan mereka. Sekarang mereka bertemu kembali setelah bertahun-tahun lamanya, bukan untuk mengenang masa lalu, melainkan karena satu urusan. “Bukankah itu pekerjaanmu? Menjadi istri kontrak bagi pria yang membutuhkan.” “Dari mana Kakak tah—maksudku, dari mana kamu tahu pekerjaanku?” “Mantan suami terakhirmu, rekan kerjaku. Dia yang merekomendasikan wanita yang bisa kubayar untuk sebuah pernikahan singkat. Tanpa melibatkan perasaan. Katanya ... kau sangat profesional.” Zalima tersenyum tipis mendengarnya, lalu menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Ada jeda sesaat sebelum dia menjawab, karena seorang waitress tiba-tiba datang mengantarkan dua minuman ke meja mereka—yang bahkan belum Zalima pesan. “Selamat menikmati,” ucap waitress itu ramah, setelahnya beranjak pergi. “Vanilla latte is still your favorite drink, right?” “No. Not anymore.” Zalima menggeleng. Masih dengan senyum tipisnya, dia menggeser gelas vanilla latte di hadapannya, menukarnya dengan pesanan Prajaka—iced americano. “Rasa manis memang memanjakan lidah, tapi yang pahit justru lebih realistis. Aku lebih menyukai americano sekarang. Dan, terima kasih untuk minumannya.” Prajaka terdiam mendengarnya. Perhatiannya tak lepas dari Zalima, sejak wanita itu mengangkat gelas sampai menyesap minumannya. Tak ada perubahan ekspresi—Zalima terlihat benar-benar menikmati. Itu cukup untuk menyimpulkan bahwa ucapannya bukan sekadar basa-basi. Selera Zalima memang berubah. Berbeda jauh dari beberapa tahun lalu. “Jadi, apa kau mau menerima tawaranku?” tanya Prajaka, memastikan. “Berapa pun bayaran yang kau minta, aku tak keberatan, Zalima. Kita bisa bahas detailnya setelah kau menyetujuinya.” “Apa alasanmu ingin menikah kontrak denganku?” Zalima balik bertanya, setelah kembali meletakkan gelasnya di atas meja. “Jangan salah paham, Praja, semua klienku selalu menjelaskan tujuan mereka sebelum menikahiku. Bukankah kerja sama akan berjalan lebih lancar kalau kita sama-sama tahu alasannya?” Sempat menarik napas berat, Prajaka tidak langsung menjawab. Dia sedang memilih kata-kata yang tepat—agar terdengar masuk akal tanpa harus membocorkan terlalu banyak. Beberapa saat berlalu. Akhirnya dia membuka suara, “Aku ingin rujuk dengan mantan istriku. Dia sudah kutalak dua. Tapi demi menjaga reputasi keluarga dan menghindari sorotan media soal rencana itu, aku butuh seseorang yang bisa mengalihkan perhatian publik. Dan kau orang yang tepat. Kau hanya perlu menjadi istri sementaraku, tampil bersamaku dalam beberapa acara penting, dan menjalani peran sebagai pasanganku yang sah sampai batas waktu yang ditentukan.” Sebelah alis Zalima terangkat—seolah mempertanyakan, mengapa prosesnya harus serumit itu hanya untuk rujuk? Tapi ... dia memilih tidak menyuarakannya. Bukan urusannya juga, jadi tak perlu menggali lebih jauh. Bagi Zalima, alasan Prajaka saat ini sudah cukup. Terlebih tawaran itu terdengar sangat menggiurkan. Tiga bulan adalah waktu yang singkat—pasti akan cepat berlalu. Bayaran yang dijanjikan pria itu bisa jadi pesangon terakhir sebelum dia memutuskan pensiun dari profesi sebagai istri bayaran, dan pindah ke luar negeri. Maka, dengan satu uluran tangan dan senyum formalitas khasnya saat berhadapan dengan klien, Zalima pun mantap menerima ajakan Prajaka. “Baiklah, mari kita lakukan ... pernikahan itu.” Kedua sudut bibir Prajaka ikut terangkat, dia menyambut uluran tangan Zalima dengan ekspresi puas. “Keputusan yang tepat, Zalima,” ucapnya. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
304.0K
bc

Too Late for Regret

read
252.5K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.6M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.2M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
133.3K
bc

The Lost Pack

read
354.5K
bc

Revenge, served in a black dress

read
138.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook