Ara masih menangis sesenggukan di dalam pelukan Shana. Risman tidak tega melihatnya, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Keputusan sudah diambil, rencana pernikahan sudah dipersiapkan. Risman sudah mantap untuk menjalani kehidupan barunya. "Kenapa sih Paman mau menerima perjodohan?" "Aku sudah menjelaskan, semua karena ibuku." Risman menjawab pertanyaan Ara. "Kenapa sih ibu paman Risman pakai menjodohkan Paman segala. Kalau ingin punya menantu, bisa Ara menantunya. Ara siap kok Paman Risman nikahi kapan saja." Ara mengusap air mata yang membasahi pipinya. "Maafkan aku, Ara. Aku sudah mengambil keputusan. Aku tidak akan merubahnya. Ara cantik, pintar, menarik, tidak sulit mencari lelaki yang lebih baik dari aku. Ara hanya perlu membuka hati saja. Pasti akan mendapatkannya." "Aku maun