"Hahaha ...." Ia masih memegangi perutnya yang terasa nyeri karena tertawa. Menahannya selama acara dan kini berada dalam perjalanan pulang, ia tak bisa lagi menahan tawanya. Bahkan ia tidak tahu sudah berapa lama ia tertawa hingga terbahak. "Kau lucu sekali Sean, seharusnya tadi aku merekam ekspresimu yang langka itu." Mengusap setitik air mata di ujung matanya. "Cih." Sementara Sean hanya mendecih kesal dengan wajah ditekuk. Sebenarnya ia masih merasa malu namun ia harus tetap memasang muka datar, ayolah image seorang Kamasean Ranu terlalu tinggi. Setelahnya tak ada lagi obrolan atau ejekan yang Anne lontarkan. Ia cukup kasihan melihat suaminya benar-benar mati kutu. Memilih mencari kesibukan lain agar Anne tak kembali teringat kelucuan Sean, ia mengambil ponselnya dari dalam tas dan