Hari berikutnya, kondisi Nadine memang tampak sedikit lebih baik, meski bayang-bayang dua minggu yang hilang masih menggantung gelap dalam diamnya. Ayah dan ibunya pun memutuskan untuk tidak lagi mendesaknya bercerita, meski rasa penasaran dan kegelisahan masih menggerogoti hati mereka. Ritualnya pun tetap sama: menyelinap keluar di tengah malam yang sunyi untuk bertemu Liam, tanpa sepengetahuan siapa pun di rumah. Keesokan harinya adalah hari pertama dia kembali ke kampus setelah seminggu menjalani masa pemulihan. Nadine merasa berat. Keraguan dan kecemasan menguar dalam dadanya, terutama tentang bagaimana dia akan menghadapi tatapan orang-orang, terutama, Arabella. Gadis yang pernah dia sakiti dulu. “Aku akan kembali ke kampus besok,” ucapnya pada Liam, saat mereka bertemu di malam y

