Episode 4

491 Kata
Tidak henti-hentinya Titan berdecak kesal sambil merapikan rambut dan juga riasan wajahnya di toilet umum kantor. Sebenarnya ia tidak perlu merasa kesal ataupun marah dengan apa yang dilihatnya di ruang kerja Bagas, namun sebagai seorang perempuan tetap saja ia merasa hal seperti itu tidak sepantasnya terjadi di tempat kerja. "Bos m***m!" Umpatnya. "Siapa bos m***m!" Tiba-tiba seseorang keluar dari salah satu bilik toilet, memandang Titan dengan tatapan penasaran. Sementara itu Titan mengerjap terkejut, selain karena baru saja ia mengumpat Bagas juga karena kehadiran seseorang yang begitu tiba-tiba. "Hei!" Wanita berambut pirang itu menepuk pelan pundak Titan. "Siapa yang kamu maksud Bos m***m? Pak Bagas?" "Bukan,,,," Titan segera mengelak. "Lalu siapa?" "Bos lamaku!" Jawab Titan spontan. Wanita berambut pirang itu menganggukkan kepalanya, tanda ia mengerti. "Anak baru ya, di sini? Aku baru lihat kamu hari ini. Kenalin aku Vina, kamu?" Vina mengulurkan tangannya. "Titan, salam kenal." "Kerja di bagian apa?" Selidik Vina sambil memoles bibirnya dengan gincu berwarna merah menyala. "Sekertaris," "Kamu yang jadi pengganti Mbak Risa?" Seolah terkejut dan takjub, Vina memotong ucapan Titan. "Iya." Vina menatap Titan dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Seperti sebuah mesin pendeteksi, kedua mata Vina begitu lihai mengamati penampilan Titan dengan sangat teliti. Seolah sudah terbiasa dengan tatapan tidak percaya dari orang lain, membuat Titan tidak merasa tersinggung sedikitpun dengan tatapan aneh seperti yang dilakukan Vina. Titan sudah terbiasa bahkan semenjak dulu, semenjak dirinya masih berstatus sebagai kekasih Barry. "Serius?!" Vina memastikan. Titan tersenyum simpul sambil menundukan kepalanya. "Iya, aku pengganti Mbak Risa." Jelas Titan. "Semoga kamu betah kerja di sini. Dan semoga Pak Bagas cocok sama kamu." Vina mengusap pelan lengan Titan. Ucapannya terdengar seperti meragukan, namun hal itu tidak akan Titan hiraukan. Baginya mendapatkan penghasilan adalah hal utama yang harus diperjuangkannya saat ini, jika ia kembali menjadi seorang Titan yang lemah dan mudah menyerah, lalu bagaimana nasib semua adik-adik asuhnya. Vina sudah pergi meninggalkannya terlebih dahulu, kini hanya tinggal dirinya sendiri di dalam toilet. Setelah memastikan penampilannya rapi, Titan pun segera kembali ke ruang kerjanya. Untuk hari ini Titan masih didampingi Risa. Wanita berparas ayu itu akan memberikan pelatihan singkat sebelum ia benar-benar berhenti bekerja. Titan melangkah perlahan menuju meja kerjanya, nampak Risa tengah memeriksa beberapa dokumen di hadapannya. Titan menghela nafas lemah, untung saja ia berhasil berpura-pura tidak melihat apapun di ruang kerja Bagas, meski sebenarnya ia Titan memang melihat Bos nya itu tengah berciuman dengan Risa. "Maaf lama." Titan segera menghampiri Risa, duduk di sebelah wanita itu. "Nggak apa-apa. Kamu pasti masih bingung dengan semua hal baru di sini. Tapi apapun yang kamu tau, cukup hanya dirimu saja yang tau. Menjadi sekretaris Bagas, selain menjaga rahasia perusahaan kamu pun harus bisa menjaga reputasi Bosmu." Jelas Risa dengan sangat hati-hati dan pelan. Titan tidak perlu bertanya maksud dari ucapan Risa, ia sangat mengerti kemana arah pembicaraan wanita berstatus istri seseorang itu. "Iya, saya mengerti." Menghindari perdebatan yang tidak perlu dan hanya akan membuang-buang tenaganya saja, Titan memilih menjadi pendengar dan mengikuti semua instruksi yang diberikan Risa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN