"Rasanya aku pernah melihatmu. Tapi, dimana ya,," ucap Vina, mencoba mengingat-ingat. Titan dan Vina makan siang bersama, tidak ada alasan untuk menolak ajakan Vina karena wanita itu sudah menunggunya bahkan sebelum jam makan siang tiba. "Benarkah. Dimana?" Titan balik bertanya. "Aku lupa." Vina menggaruk-garuk pelipisnya. "Sejujurnya aku mudah sekali lupa." Vina terkekeh sambil mengibaskan rambut panjangnya yang berwarna coklat tua. "Berarti aku kebalikannya." Timpal Titan. "Pantas saja kamu diterima menjadi sekretaris Bagas." Sejenak Titan terdiam. Untuk kesekian kalinya ia mendengar kalimat seperti itu di kantor Bagas. Bukan hanya karyawan lain yang berkata seperti itu, Bagas pun dengan terang-terangan mengatakannya bahkan membandingkannya dengan Risa, mantan sekretarisnya dul

