Dalam sebuah ruangan, dengan dinding bercat putih. Seorang gadis dengan tangan digips, nampak tengah duduk bersandar di atas brankar, ditemani sahabatnya yang terus menangis sembari memeluk tangan kirinya. Ya … perempuan dengan mata sembab itu, Vivi. Sejak pukul sembilan pagi, ia dan kekasihnya diam-diam datang ke rumah sakit untuk menjenguk gadis bertubuh kecil, yang sekarang sudah terlihat lebih segar dari hari sebelumnya. Theo bahkan rela ikut bolos sekolah, demi memenuhi keinginan sang kekasih yang sejak semalam terus merengek ingin bertemu dengan Rhea. “Pi, udah dong! Nangis mulu,” gerutu Rhea dengan wajah merengut. “Hiks … gue sedih liat lu kaya gini, Rhe! Gue kepikiran dari semalem,” sahut Vivi, di sela isak tangisnya. “Ha? Lo kepikiran apa?” tanya Rhea, penasaran. Vivi pun