“Atlan... Aku mencintaimu... mencintai Atlan lebih dari mencintai musik... Atlan adalah musikku. Kalau nggak ada Atlan, jangankan nada, hidup ini pun terasa tiada arti...” ─Mila─ ♫ ♫ ♫ Angin musim panas berembus, menerbangkan rambut panjang sepinggang Mila. Dia mengangkat koper ke atas trotoar usai taksi menepi di sebuah apartemen. Noval masih bicara dengan pak sopir dalam bahasa inggris saat Mila tersenyum ke bangunan tiga lantai yang megah di depannya, sementara Ezio yang juga ikut ke Singapura karena akan kuliah di Raffless itu sedang menghubungi rekannya yang sudah lebih dulu menetap di Raffles selama dua bulan belakangan. Tanpa menunggu Noval dan Ezio, Mila langsung meletakkan kopernya begitu saja, dan berlari masuk ke bangunan di depannya. “Mil, jangan berlarian sembarangan