Ammar menatap lekat mata Prity yang berapi-api, mata mamanya itu dipenuhi dengan kemurkaan. “Cukup untuk menghina Ziva. Cukup, mama!” “Kau tidak terkejut saat kuberi tahu kalau Zira dan Ziva adalah orang yang sama. Jangan-jangan kau sudah tahu soal ini. jangan-jangan kau yang mengelabuiku selama ini untuk bisa membawa wanita kotor itu ke rumah ini, hm?” “Ya, mama benar. Sejak awal aku sudah tahu kalau Zira adalah Ziva. Bahkan aku yang membawa Ziva kesini, aku yang mengharapkan dia berada di sini. dan asal mama tahu, Ziva awalnya menyamar menjadi Zira bukan karena ingin bisa tinggal di sini, tapi dia kemari atas permintaanku yang menurutku bahkan dia pun tidak tahu kalau aku mengetahui identitasnya yang sebenarnya,” jelas Ammar. “Wanita kotor itu sudah menunjukkan betapa dia sangat renda