43

1410 Kata

Sasya sudah tidak berselera lagi untuk makan bubur yang bahkan sudah dingin sejak tadi di atas mejanya itu, dia juga tidak ingat harus minum obat yang sudah di berikan oleh dokter supaya dirinya cepat pulih kembali, rasa hati yang masih merasa sangat bersalah pada Haikal masih terus menghantuinya. Sasya duduk di atas tempat tidur sambil memutar cincin yang ada di jari manisnya itu, cincin pemberian Haikal sebagai bentuk hadiah pernikahan darinya. Tidak berapa lama, terdengar suara mobil dari luar rumah memasuki pekarangan rumah mereka, Sasya mengintip lewat jendela memastikan siapa yang datang. “Kakek,” batin Sasya yang kalang kabut melihat kakeknya datang tanpa memberi tahu terlebih dulu. Ini pertama kali kakeknya mendatangi rumah mereka setelah menyerahkan rumah ini untuk dia dan Hai

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN