12

1015 Kata
Haikal tidak mau Umminya sedih melihat Sasya yang tidak akan minum minuman buatan Umminya, jadi lebih baik Haikal menghindari hal itu sebelum terjadi. Sedangkan Sasya menatap aneh tingkah Haikal, padahal dirinya lumayan haus karna habis berbincang lama bersama Gibran tadi di kantor polisi, dan apa Sasya tidak salah dengar? Haikal ingin melanjutkan S2, memangnya Haikal pernah kuliah sebelumnya? Sasya membatin dalam diamnya. Dia ingin bertanya pada Abinya Haikal, tapi gengsi banget harus berbicara sama mereka, rasanya saja dia ingin pergi cepat-cepat keluar dari rumah itu. “Bagaimana rumah tangga kamu Nak?” tanya Ummi saat sedang berduaan bersama Haikal di dalam kamar Haikal. “Ummi doakan Haikal, semoga rumah tangga Haikal kekal, dan Haikal cukup menikah sekali seumur hidup,” sahut Haikal. “Pasti nak, Ummi pasti doain, tapi kalau kamu sudah tidak sanggup, kamu jujur sama Ummi ya, Ummi tidak tega sebenarnya kamu menikah secara mendadak seperti kemarin,” ucap Umminya yang khawatir Sasya akan menyakiti hatinya Haikal. “Ummi tidak perlu khawatir, dia perempuan baik, Haikal baik-baik saja Ummi,” jawab Haikal yang tidak ingin menambah beban pikiran Umminya. “Syukurlah Nak kalau dia perempuan yang baik, Ummi doakan rumah tangga kalian harmonis dan langgeng sampai nenek kakek.” “Amin ... amiin ya Allah,” sahut Haikal sambil merangkul pundak Umminya dan mencium dahi Umminya dengan penuh kasih sayang. Haikal dan Umminya sudah selesai menyiapkan baju Haikal di dalam tas belakang yang biasa Haikal gunakan untuk mengajar. Sedangkan buku-buku pelajaran, Haikal masukkan dalam kantong plastik untuk memudahkan dia membawanya. “Ummi, Abi, Haikal pamit dulu ya, Ummi sama Abi jaga kesehatan baik-baik, kalau ada apa-apa langsung telpon Haikal ya,” pesan Haikal sama kedua orang tuanya. “Iya Nak, kamu juga jaga diri di sana, sering-sering jenguk Ummi dan Abimu ke sini, kami pasti rindu sama kamu,” jawab Mahmud sambil mengelus kepala Haikal yang mencium tangannya. “InsyaAllah Abi, kami pulang dulu,” pamit Haikal. “Iya Nak, kalian hati-hati,” pesan mereka berdua. Setelah Haikal dan Sasya pergi, tetangga Pak Mahmud yang di samping rumah pun muncul. “Wah enak nih dapat menantu kaya raya, banyak kasih duit tidak?” tanya ibu Nani tersebut dengan mulutnya yang julid. “Yang kami harapkan semoga anak kami hidupnya harmonis dan selamat dunia akhirat, bukan uang yang kami harapkan dari mereka,” jawab Umminya Haikal yang tersindir dengan pertanyaan tajam ibu Nani tersebut. “Ya elah, itu aja baper, biasa aja kale, kan emang kaya menantumu itu,” jawabnya lagi membuat Umminya Haikal harus mengelus d**a. “Kami masuk ke dalam dulu buk ya,” pamit Mahmud sambil membawa masuk istrinya yang sudah terlihat berapi-api. “Apa mereka pikir kalau kita dapat menantu kaya raya kita akan mengemis sama menantu kita Abi?” tanya Umminya Haikal dengan berderai air mata. “Sudah, sudah, jangan ditanggapi, kan memang dari dulu dia mulutnya seperti itu, Haikal tidak punya pacar di bilang tidak normal, sekarang giliran Haikal punya istri, juga salah karna istrinya kaya, sudah biarin saja, yang penting kita tidak seperti yang dia pikirkan,” ucap Mahmud menenangkan istrinya. “Ummi tidak berharap Haikal dapat istri orang kaya, Abi,” sahut Umminya Haikal lagi yang masih saja sesenggukan. “Sudah-sudah, yuk kita Shalat Dhuha, biar kita lebih tenang,” ajak Mahmud yang diikuti oleh Umminya Haikal. ... Di dalam mobil, Haikal dan Sasya sama-sama diam, Haikal terus memikirkan ucapan Umminya, sedangkan Sasya sibuk dengan ponselnya. Drrttt ... drtt ... Ponselnya Haikal bergetar, dia langsung mengangkat telpon tersebut yang ternyata dari kakek Sulaiman. “Kakek telpon,” ucap Haikal yang membuat Sasya langsung menoleh ke arah Haikal. “Assalamu’alaikum Kek,” ucap Haikal memulai pembicaraan dengan Kakeknya Sasya. “Wa’alaikum salam Haikal, kalian sudah pulang ke rumah Ummi dan Abi kamu?” tanya Beliau. “Sudah Kek, ini kami lagi di jalan mau pulang,” jawab Haikal. “Kalian jangan lagi pulang ke rumah, kalian langsung saja ke rumah yang ada di jalan anggrek, kakek belikan kalian rumah, kalau cocok bisa langsung kalian tempati,” ucap Kakek. “Baik Kek, kami akan segera ke sana.” “Assalamu’alaikum,” ucap kakek menutup telpon. “Wa’alaikum salam,” jawab Haikal. “Kakek bilang apa?” tanya Sasya, sebenarnya dia malas banget bertanya pada Haikal, tapi ini menyangkut kakeknya, dia harus tahu isi pembicaraan mereka. “Kakek suruh kita jalan ke jalan anggrek, dia akan beli rumah di sana,” jawab Haikal yang fokus menatap ke depan. “Syukurlah,” jawab Sasya dengan lega. Haikal mengerutkan keningnya memikirkan apa maksud Sasya mensyukuri hal tersebut, apa karna dia bahagia dapat rumah atau ada hal lain, tapi Haikal mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut. Lagian jika dia bertanya, Sasya pasti akan menjawab dengan ketus. Mereka telah sampai di alamat yang di maksud oleh kakeknya. “Wow, besar sekali Kek,” ucap Sasya yang terkagum-kagum melihat rumah yang sangat besar yang akan diberikan oleh kakeknya untuk dia. “Kamu suka Sayang?” tanya Kakek Sulaiman. “Tentu dong Kek, Sasya suka sekali,” jawab Sasya yang langsung membayangkan akan hidup berdua dengan Gibran di rumah sebesar itu dan mereka akan punya anak yang lucu-lucu, sungguh hidupnya pasti akan sangat sempurna. “Haikal, ajak istrimu masuk ke dalam untuk melihat kamar utama rumah ini,” pinta kakek Sulaiman membuat khayalan Sasya buyar seketika. “Kenapa gua harus jadi istri si lelaki kampungan ini sih?!” batin Sasya menggerutu sambil melangkah lebih dulu agar tidak perlu bergandengan dengan Haikal. “Bagaimana Sasya, kamu suka kamar utamanya?” tanya Kakek Sulaiman saat mereka sudah sampai di dalam kamar utama rumah tersebut. “Tentu dong kek, kalau pilihan kakek selalu menakjubkan,” jawab Sasya yang benar-benar kagum pada dekorasi rumah tersebut. Sasya melihat-lihat rumah tersebut, ada beberapa kamar lainnya berada di dalam kamar itu, membuat rencana yang sudah disusunnya matang-matang akan berjalan sesuai dengan keinginan dia. “Ya sudah, kalian nikmati saja kebersamaan kalian, untuk baju-bajunya Sasya, nanti akan diantar sama sopir dan bibi ke sini, untuk sementara waktu bibi tinggal di sini untuk bantu-bantu kalian sampai kalian menemukan pembantu lain,” ucap Kakek Sulaiman. Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN