7

1017 Kata
“Haikal, apa kamu mau menjadi suami yang akan membimbing Sasya menjadi wanita yang lebih baik? Kakek mohon, bimbinglah dia menjadi wanita Shalihah yang rajin Shalat dan selalu menutup auratnya,” ucap kakek Sulaiman membuat Haikal bingung harus menjawab apa. “Kakek, apa saya pantas untuk seorang perempuan yang sangat cantik seperti cucu kakek? Saya merasa tidak pantas mendampinginya, apalagi saya bukan siapa-siapa,” jawab Haikal mencoba menolak karna memang merasa tidak pantas. Jika hatinya bilang tidak menyukai wanita secantik Sasya, itu pasti dusta, Sasya wanita yang sangat cantik bahkan kulitnya saja tidak ada tandingannya dengan kemulusan kulit dia, tapi dia sangat tau diri, dia dan Sasya bagai langit dan bumi. “Hanya kamu yang pantas untuk dia, kakek akan jamin, ini menjadi pernikahan pertama dan terakhir bagi Sasya, kakek tidak ingin mengambinghitamkan kamu dalam acara ini, tapi kakek benar-benar ingin kamu menjadi suami Sasya.” Mendengar ucapan kakek Sulaiman, rasanya berat untuk menolak permintaan tersebut, apalagi sebentar lagi tamu undangan akan datang. Haikal menatap Ummi dan Abinya. “Ummi dan Abi menyerahkan jawaban ini sepenuhnya sama kamu, karna kamu yang akan ngejalaninya,” ucap Abi yang tahu kegelisahan hati Haikal. “Bismillahirrahmanirrahim, saya bersedia menjadi suami Sasya dunia dan akhirat,” jawab Haikal membuat kakek Sulaiman bersujud syukur dengan perasaan bahagia. Dia memeluk Haikal dengan erat, “Terima kasih banyak Haikal, mari kita mulai acaranya,” ajak kakek Sulaiman pada Haikal. Ummi dan Abi saling bertatapan, mereka masih tidak percaya kalau Haikal akan menikah saat ini juga, jangankan mereka, Haikal sendiri masih tidak percaya dengan semua ini. Dengan gerak cepat, periasnya Sasya menyuruh karyawannya membawakan baju pengantin lelaki, tidak butuh banyak baju ganti, Haikal yang memakai celana hitam dan kemeja putih hanya tinggal memakai jas berwarna hitam dengan peci hitam bermahkota bunga pengantin. Haikal harus menghafal kalimat qabul dalam waktu 2 menit, dan dalam waktu tersebut Haikal mampu menjawab ijab qabul hanya dengan satu tarikan nafas. Kalimat Sah menggema dalam masjid tersebut membuat kedua orang tua Haikal menitikkan air matanya, tapi tidak dengan orang tuanya Sasya, mereka menganggap pernikahan ini hanya untuk sementara. “Terima kasih banyak Haikal, kakek berutang budi sama kamu, kamu sudah menyelamatkan keluarga kakek dari aib ini, kamu sekarang sudah Sah menjadi suaminya Sasya,” ucap Kakek Sulaiman dengan terharu, dia kembali memeluk Haikal saat Haikal berhasil menjawab ijab qabul hanya dengan sekali ucap. “Sasya, cium tangan suamimu,” pinta kakek Sulaiman pada cucunya. Sasya dengan malas mengulurkan tangannya ke arah Haikal, dan Haikal pun memberikan tangannya untuk Sasya. Sasya hanya menempelkan tangan Haikal di dahinya tanpa serius, Haikal hanya tersenyum. “Cium dahi istrimu Haikal,” pinta kakek Sulaiman membuat mata Sasya terbelalak. “Kakek,” Sasya ingin protes, tapi mamanya langsung mengedipkan matanya supaya Sasya tidak membuat kakeknya marah. Haikal dengan malu-malu mendekatkan wajahnya ke wajah wanita dengan parasnya yang ayu tersebut, lalu Haikal meninggalkan sebuah kecupan mesra di dahi perempuan yang sudah sah menjadi istrinya. Sasya sangat jijik mendapatkan sentuhan dari bibirnya Haikal, dia langsung memalingkan wajahnya dan mengelapnya pakai tisu yang ada di dalam tas mamanya. “Kamu ini, jangan bikin kakek kamu marah,” bisik mamanya Sasya dengan melotot tajam ke arah Sasya membuat Sasya makin betek. Ijab qabul telah selesai di lakukan, Sasya dan Haikal di giring masuk mobil yang sama untuk segera menuju pelaminan. Ummi dan Abinya Haikal diberi baju kebaya indah, mereka berdua di poles cantik karna akan duduk di kursi sebelah pengantin lelaki. Haikal dan Sasya duduk di atas pelaminan. “Cocok ya, yang perempuan cantik putih, yang laki tampan dan lebih berkarisma dari pada sama lelaki yang di masjid tadi,” ucap keluarga besar kakek Sulaiman yang diangguk setuju oleh keluarga yang lain. “Iya, Sasya beruntung bisa mendapatkan lelaki itu meskipun Sasya terlihat terpaksa menikah sama dia, lagian ini ya saya dengar-dengar dia juga akan meneruskan S2 nya, dia juga seorang Ustadz, dia juga buka les, anak-anak saya ikut les sama dia, bahkan kata anak perempuan saya, dia menjadi rebutan mahasiswa yang seangkatan sama dia, tapi dia yang tidak mau pacaran, kurang apa lagi coba, jaman sekarang mau cari yang kaya saja tidak akan cukup, kalau kita tidak mendapatkan pasangan yang mengerti agama.” “Benar-benar, contohnya saja seperti calon suaminya yang pertama, memang kaya, tapi untuk apa kaya kalau kekayaannya hasil dari menipu.” “Nah iya, ngeri banget, semoga anak-anak kita tidak bertemu dengan lelaki yang hanya menggunakan kecerdasannya untuk menipu orang lain, sangat miris.” Kakek Sulaiman mendengar semua pembicaraan keluarga besarnya, dia tersenyum puas, dia merasa pilihannya sudah tepat, Haikal lelaki yang Sholeh dan juga pintar, semoga Haikal menjadi imam yang baik untuk cucu semata wayangnya. ... Sepanjang acara, Sasya lebih banyak diam dari pada berbicara yang tidak penting, bahkan ucapannya saat ini sama sekali tidak penting sedikit pun. Sasya sudah merencanakan, setelah acara gila ini selesai dia langsung menyusul Gibran di kantor polisi, apa pun yang terjadi, Gibran masih jadi lelaki yang sangat dia cintai, bukan lelaki kampungan yang duduk di sebelahnya ini. Acara sudah selesai, Haikal di perkenalkan dengan keluarga besar kakek Sulaiman. “Aku masuk ke kamar dulu ya,” ucap Sasya pamit pada mereka. “Saya antar?” tanya Haikal yang sadar akan statusnya sebagai suami Sasya, dia harus mendampingi ke mana pun Sasya pergi. “Tidak perlu, kamu ... eh, Mas Haikal kan masih belum selesai kenalan sama keluarga besar, saya sendiri saja,” jawab Sasya dengan lembut karna ada kakek Sulaiman di sana. “Hati-hati Sayang,” pesan Haikal menatap istrinya penuh cinta. Semua gadis yang sebaya dengan Sasya berteriak kegirangan mendengar panggilan Sayang dari Haikal untuk Sasya. “Mas Haikal romantis banget, Mas kenalin dong sama teman-temannya Mas, siapa tau temannya Mas juga romantis seperti itu,” ucap gadis cantik yang masih berstatus sepupu jauhnya Sasya. Sasya yang masih sempat mendengar obrolan mereka, rasanya ingin muntah saja, lagian ngapain Haikal memanggilnya dengan panggilan seperti itu di depan banyak orang, membuatnya makin muak saja. "Dasar manusia tidak tau malu, sudah menikah karna mengharapkan harta kakek, malah sekarang sok-sokan romantis, lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu setelah ini!" ucap Sasya tersenyum mengejek menatap Haikal dengan ujung matanya. Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN