Hany terus menatap Hanafi. Ia melihat jelas kedua punggung tangan itu di kecup mesra penuh ketulusan. Hanafi mengangkat wajahnya menatap Hany. Hanafi mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Hany yang terasa dingin. Gadis itu snagat berani dan tidak cengeng. "Kamu merasa gak?" tanya Hanafi lembut. "Merasa apa?" tanya Hany bingung. "Merasa aku cintai ..." jelas Hanafi yang masih menggenggam tangan Hany. Hany hanya mnegangguk kecil. Ia memang merasa di cintai secara ugal -ugalan oleh Hanafi. Tidak itu saja. Hanafi selalu ada dan siap siaga untuk Hany. Seharusnya Hnay beruntung mendapatkan suami seperti Hanafi. Semprna sekali. "Aku tahu, kamu belum mencintai aku. Kamu terpaksa menerima perjodohan ini kan?" ucap Hanafi lembut. Hany menarik napas dalam dan ia hembuskan perlahan. "Bukan