Ayah Helena dan pamannya pulang saat sore menjelang. Seperti yang ibunya lakukan, kedua pria itu pun menanyakan tentang si 'bule' kepada Helena yang kini dijawab ibunya dengan antusias. Saat magrib kemudian menjelang, ayah Helena meminta tamu rumahnya untuk tidak mengikutinya ke surau dan terus tinggal di rumah supaya tidak mendapat banyak pertanyaan dari para warga. Ayahnya belum siap menjawab pertanyaan para tetangga tentang keberadaan tamu asing di rumahnya.
Ahmed tidak memiliki pilihan, sebagai gantinya Helena memilih ikut tinggal di rumah dan menemani pria itu.
Saat adzan Isya berkumandang, Helena mengatakan pada Ahmed kalau orangtuanya, pamannya dan juga adik-adiknya akan segera kembali dan rumah tidak akan lagi terasa sepi. Ahmed hanya menganggukkan kepala saja dan hanya memandangi Helena yang duduk di hadapannya dengan buku-buku bertebaran di depannya.
"Kamu sepertinya orang yang suka belajar." Gumam pria itu yang dijawab anggukkan kepala Helena.
"Aku suka sekali membaca buku." Jawabnya apa adanya. Ahmed tersenyum, ingin sekali ia mengatakan pada gadis di hadapannya bahwa di kediamannya dia memiliki perpustakaan pribadi yang diisi begitu banyak buku yang berasal dari banyak Negara. Namun ia tidak bisa mengungkapkan siapa dirinya.
Setelah mengenal Helena dan ibunya, ia bermaksud untuk tidak dulu mengatakan siapa dirinya. Bukannya ia tidak percaya pada Helena dan keluarganya. Tapi ia baru saja sampai di Negara asing dan kemudian menjadi korban perampokan lantas berakhir tinggal di sebuah keluarga yang belum terlalu ia kenal. Jadi ia memilih untuk mengenal mereka terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengatakan siapa dirinya sebenarnya atau tidak.
Seperti yang Helena katakan, orangtua, paman dan adik-adik gadis itu kembali tak lama setelah adzan isya. Mereka berkumpul kembali di ruang keluarga yang sederhana. Adik-adik Helena yang masih sekolah tampak membuka buku pelajaran di depan Helena dan meminta bantuan gadis itu untuk belajar. Sementara ayahnya dan pamannya duduk bersisian di atas kursi berbahan rotan yang dilapisi bantalan persegi empuk, bersiap menghadapi Ahmed.
"Jadi dia berasal dari Turki." Pertanyaan ayah Helena tampak tertuju pada gadis yang tengah mengajari adiknya belajar itu. Tanpa mendongakkan kepala dari atas buku matematika adiknya, Helena menganggukkan kepala. "Coba tanya, apa pekerjaannya." Ucap ayahnya. Helena mengangkat kepala, memandang ayahnya dan Ahmed bergantian.
"Bapak nanya, Aa kerjanya apa?"
"Aa?" ayahnya menyela sebelum Ahmed sempat bertanya.
"Dia gak mau disebut Mister, Pak." Jawab Helena apa adanya yang dijawab ayahnya dengan anggukkan kepala.
"Saya kerja di perkebunan Zaitun." Ucap Ahmed pada Helena. Dia tidak berbohong, dia memang bekerja di perkebunan Zaitun milik ayahnya, ia tidak berbohong atas itu meskipun selama ini ia bekerja sebagai tim administratif bukan tim lapangan.
"Apa itu zaitun?" Tanya ayahnya pada Helena. Helena mengedikkan bahu, ia sendiri tidak tahu apa itu buah zaitun. Alhasil ia kembali menanyakan hal itu pada Ahmed. Ahmed menjelaskan apa itu buah zaitun, apa manfaat dan kegunaannya dengan kembali mengandalkan penggunaan kamus bahasa yang ada di tangan Helena. Menggunakan kamus bersamaan membuat keduanya terpaksa duduk berdekatan. Anehnya, hal itu tidak membuat Helena risih.
"Apa kita bisa menanamnya disini?" Tanya ayah dan pamannya dengan antusias. Ahmed balik bertanya pada Helena yang kembali menanyakan pertanyaan ayahnya. Setelah itu pria itu menganggukkan kepala.
"Selama suhu udara lebih dari dua puluh lima derajat celcius dan kontur tanahnya bagus, kita bisa menanamnya disini. Hanya saja mungkin agak sulit untuk mendaparkan bibitnya. Kita harus mengimpornya dari luar Indonesia." Ucap Ahmed dengan pelan-pelan yang dibantu Helena kembali menjelaskan.
Mereka kemudian membahas tentang prospek pertumbuhan buah Zaitun itu sendiri. Baik ayah Helena maupun pamannya sudah berpikir bahwa bertanam buah zaitun akan menghasilkan banyak keuntungan. Mereka yang sudah terbiasa bekerja di perkebunan tentu tahu bagaimana cara mengurus tanaman, dan jika memang Ahmed akan tinggal lebih lama bersama mereka, itu akan menjadi peluang lebih lagi untuk mereka. Sementara para pria antusias, adik-adik dan ibu Helena sendiri tampak sudah tertidur di atas alas tikar yang digelar di tengah rumah. Dan Helena sendiri sudah mengantuk. Melihat putrinya terus menerus menguap, ayahnya kemudian menyuruh semuanya untuk beristirahat.
Keesokan harinya, setelah subuh aktivitas kembali dimulai seperti biasa. Helena membantu ibunya mempersiapkan sarapan untuk mereka semua sementara ibunya sendiri mempersiapkan adik-adiknya. Ayah dan pamannya dan kini dibantu oleh Ahmed yang memaksa mengajukan diri karena tidak memiliki pekerjaan sedang membersihkan halaman dan mengurus tanaman yang mereka tanam di sekeliling pohon.
Lucunya, ayah dan paman Helena meminta Ahmed untuk menyembunyikan wajahnya dengan menggunakan dudukuy (istilah orang Sunda pada penutup kepala berbahan anyaman yang digunakan masyarakat supaya tidak kepanasan dan kehujanan) yang memiliki tepian lebar, atau disebut dengan dudukuy beletok (yang terbuat dari hate bambu yang disambungkan sebesar payung yang berbentuk cekung. Dudukuy beletok berbentuk setengah bulat. (Ref.Google) pakaian berlengan panjang milik ayahnya yang hanya menjadi sepertiga lengan dan juga sarung.
Melihat Ahmed yang mengenakan pakaian ayahnya membuat Helena dan ibunya terpaksa menahan tawa karena penampilannya yang aneh dan lucu. Helena dan keluarganya memastikan bahwa penampilan itulah yang akan mereka lihat setiap hari sementara waktu mengingat hanya memang pakaian-pakaian seperti itulah yang bisa Ahmed gunakan karena pria itu kehilangan semua barangnya termasuk juga kartu identitasnya.
Ayah Helena juga bermaksud untuk menyembunyikan Ahmed sementara waktu. Mereka tidak ingin membuat keributan dengan menunjukkan Ahmed pada masyarakat. Mereka ingin menjaga perasaan Ahmed karena mereka tahu, jika warga tahu kalau keberadaan Ahmed, mereka akan memperlakukan Ahmed seperti badut yang bisa mereka tonton. Dan keluarga Helena tak mau itu terjadi.
Alhasil, jika keluarga Helena pergi dari rumah untuk bekerja dan sekolah, Ahmed akan ditinggalkan di rumah bersama ibu dan adik Helena yang paling kecil. Dan jika ibunya juga keluar dari rumah, maka Ahmed akan dikurung sendirian dan dikunci dari luar.
Ahmed tidak keberatan dengan itu semua. Dia menerima penjelasan ayah Helena yang disampaikan melalui Helena dengan anggukkan kepala. Dan sementara semua orang beraktivitas, Ahmed akan mempelajari kamus bahasa supaya dirinya bisa berkomunikasi dengan lebih baik bersama dengan keluarga Helena. Dan setelah ia siap untuk berbaur, Ahmed berniat untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga Helena sambil mencari caranya sendiri untuk menghubungi keluarganya.
Sementara untuk Helena sendiri, keberadaan Ahmed menjadi pembuka cakrawala baru. Dia belajar banyak dari Ahmed. Ahmed membantunya semakin fasih belajar bahasa inggris dan juga mengajarinya bahasa Turki yang terasa sulit di lidah Helena. Dan pria itu juga memberitahukannya banyak hal tentang negara-negara yang selama ini hanya Helena lihat dari atlas, peta dan globe.
_______________
Jangan lupa tinggalkan komen