BAB 8 HAMPIR MATI

1330 Kata
Sedalam apapun kita berusaha melupakan.. Sebisa mungkin kita selalu mencoba saling menyakiti... Tapi bagaimanapun kita pernah berada dalam posisi saling mencintai.. Meskipun akhirnya harus saling melupakan satu sama lain. **** Audrey menikmati makanan yang disajikan di pesta dengan tak tenang, sedari tadi Leonard sialan! itu memegang pahanya. Bahkan pria itu beberapa kali menyelipkan tangannya menyentuh titik kenikmatan Audrey. "Mr. Leonard." Seorang pria muda mendatangi meja Leonard "Mr. Smirt kapan kau kembali dari belanda?" Leonard berdiri menyambut jabatan tangan pria yang tak Audrey pedulikan. Sedangkan Mr. Smirt menatapnya Audrey dengan penuh minat. Audrey yang merasa di tatap membalas tatapan Mr. Smirt, dengan kedipan mata pria yang seumuran dengan Leonard perkiraan Audrey. "Selamat malam Nona." Mr. Smirt mengambil tangan Audrey dan menciumnya di depan mata Leonard. "Malam too, Thank you." Audrey membalas Mr. Smirt dengan mengecup pipi pria itu. "Aku menemukan mainan baru Leonard." Audrey berkata dalam hati melirik Leonard yang sedang menahan amarahnya. "Kau ingin bergabung bersamaku?" Audrey menawarkan diri, seakan akan melupakan keberadaan Leonard. "Apa bolehkah mr.Leonard?" Mark menatap Leonard tersenyum meminta izin. Sebelum Leonard jawab, Audrey telah lebih dulu mempersilahkan Mark bergabung duduk di sampingnya. "Audrey!" Leonard mencekam paha Audrey. Audrey hanya menoleh dan melihat wajah Leonard sebentar, sebelum kembali berbicara dengan mark. "Ah apa pekerjaanmu Mark, aku yakin kau pebisnis yang sukses!" Audrey menatap mata mark pria yang dewasa dan memiliki wajah yang blasteran Amerika - Eropa, membuat Audrey terpikat dengan paras tampan Mark. "Ah aku hanya memiliki perusahan kecil baby." Mark tertawa saat melihat Audrey memutar matanya, tanda wanita itu tak percaya ucapan Mark. "Audrey." Leonard tiba tiba menarik tangannya, membuat Audrey tersenyum kepada Mark sebelum berdiri. Karena ia merasa Leonard sudah akan menjadi monster. "Ada apa?" Audrey menyentak tangan Leonard, melepaskan dari pergelangan tangannya yang sudah terasa sangat sakit bahkan memerah. "Ada apa!! Kau masih berbicara seperti itu, apa kau ingin menjual dirimu padanya!!" Leonard membentak Audrey tapi Audrey merasa biasa saja, dirinya telah sering mendapat perilaku seperti ini dari atasannya. "Kau lupa aku dulu berkerja sebagai p*****r!!Dan apa salahnya aku mencari seseorang yang akan menerimaku saat kau mencampakkan." Audrey menarik nafasnya untuk meredamkan emosinya, ini bukan dirinya yang malu jika ia mengeluarkan semua emosinya. Audrey meneguk segelas wine dengan tandas dari gelas yang di bawakan oleh pelayan. Leonard mencoba untuk tenang dan harus menahan amarah demi tak membunuh seseorang di acara pesta malam ini. "Ayo pulang." Leonard menarik tangan Audrey. Audrey hanya menuruti kemauan Leonard tapi, sedari tadi Audrey rasakan hal yang mencurigakan tetapi dirinya berusaha biasa saja, dan menikmati pesta. Leonard melepaskan jasnya dan menyelimuti bahu Audrey, lagi- lagi perlakuan Leonard membuat Audrey salah tingkah mereka hanya saling diam Leonard barusan menelpon supirnya. Dan saat ini yang bisa Audrey dan Leonard lakukan hanya menunggu supir mereka menyiapkan mobil. Audrey melihat orang yang mencurigakan itu kembali mendekati mereka. Dorr.. Audrey dengan sigap langsung memeluk tubuh Leonard. Leonard langsung terkejut mendengar suara tembakan dan juga Audrey yang memeluknya. "Audrey!!" Leonard memegang perut Audrey yang terkena tembakan darah mengalir deras dari perut sebelah kirinya. Leonard melihat orang yang menembak Audrey langsung melarikan diri. Leonard langsung mengangkat tubuh Audrey wajah Audrey semakin terlihat pucat. "Audrey jangan pejamkan matamu sialan!" Leonard semakin panik saat sapu tangan putihnya yang menutupi luka Audrey semakin berlumuran darah. "s**t! Kenapa lama sekali! percepatlah sialan" Leonard mengeram karena mobil terasa sangat lama menuju rumah sakit. ***** Leonard hanya diam melihat wanita yang baru beberapa jam ini menyelamatkan hidupnya, kini terbaring dengan wajah pucat. Audrey wanita yang sering membatah ucapnya bahkan, secara terang- terangan mengatakan ingin membunuhnya justru menyelamatkan hidupnya hari ini. "Kenapa menyelamatkanku hemm...seharusnya biarkan aku mati! maka kau akan terbebas." Leonard mengusap pipi Audrey yang pucat. Leonard sangat panik saat mendengar Audrey kehabisan banyak darah bahkan, darahnya sama sekali tak sama dengan Audrey. Leonard mengerahkan para penjaganya untuk mencari 5 kantong darah untung saja, ada dua penjaganya yang memiliki darah yang sama. Jika saat ini Audrey tak selamat maka Leonard akan merasa bersalah seumur hidupnya. Audrey bahkan belum mendengar sama sekali pernyataan cintanya, Bukankah terdengar lucu? Leonard jatuh cinta kepada Audrey. Bahkan rasanya sudah ada sejak lama, saat mereka masih bersama sama saat kuliah. Flashback. "Leonard kau lihat wanita itu." sahabatnya Albert menuju wanita dengan rambut lurus, tanpa polesan terlihat lugu dengan dress bunga. "Kenapa?" Leonard melihat wanita itu sekilas, saat itu Audrey juga menatapnya. Tatapan Audrey memikat seorang Leonard tetapi tak bertahan lama Leonard lebih dulu memutuskan kontak padangan mereka. "Bagaimana jika kita taruhan, kau akan mendapatkan mobil lamborgini terbaruku asalkan kau bisa menidurinya." Leonard mendengar pertanyaan konyol itu merasa lucu dan tertawa. "Hanya satu mobilmu? Bagiamana jika 2 maka aku akan menjadikan dia milikku sekarang." Leonard menantang Albert, Albert menyetujuinya dan menjabat tangan Leonard. Hampir 3 bulan Leonard berusaha mendekati Audrey akhirnya, wanita itu menjadi kekasihnya Taruhan yang di tawarkan Albert malah membuat Leonard merasa ingin membatalkan. Audrey wanita itu sangat lembut bahkan meluluhkan hatinya yang beku. "Are you okay." Audrey mencium pipi Leonard dan duduk di hadapan Leonard, saat ini mereka sedang di suatu cafe yang dekat dengan kampus mereka. "Ada apa?" Audrey menggenggam tangan Leonard mengusapnya mata wanita itu yang selalu membuat candu seorang Leonard. Dia merasa bersalah menyembunyikan statusnya dari Audrey, Leonard berpikir Audrey akan meninggalkannya jika dia mengngaku dirinya miskin ternyata tidak sama sekali. Wanita itu malah menyerahkan beberapa uangnya untuk Leonard untuk ia gunakan. Tentu saja Leonard menolak karena merasa bersalah, sudah terlalu tega mempermainkan hati Audrey. "Aku hanya lelah bisakah kita pulang saja, apa kau punya kelas lagi?" Leonard menatap Audrey dengan senyum wanita itu menggeleng dan meraih tangan Leonard. Tak ada kemewahan sama sekali yang Leonard gunakan fasilitas dari ayahnya Alaric. Semuanya dirinya tinggalkan di apartemen yang dan saat ini dia hanya ingin menikmati hidup sederhana bersama Audrey, apakah dirinya telah mencintai Audrey? tentu saja tidak!. Leonard alvero tetaplah pria b******n. Bahkan saat dia menjalin hubungan bersama Audrey, Leonard juga tetap mengencani para wanita di kampus tanpa sepengetahuan Audrey. Satu hal yang tak pernah terlewatkan Leonard juga menyewa p*****r tanpa sepengetahuan Audrey. Setelah sampai di apartemen kecil milik Audrey. Leonard langsung menyerang Audrey dengan ciuman dan menutup pintu apartemen, Audrey yang awalnya terkejut akhirnya hanya menikmati sambil mengalungkan kedua tangannya. Dan menikmati ciuman Leonard dengan lembut, tangan Leonard masuk kedalam kaos putih milik Audrey. Meremas d**a yang masih di tutupi oleh pelindung Leonard melepaskan ciumannya "Apa kau mengizinkan aku?" Leonard bertanya menatap wajah Audrey yang memerah, Audrey hanya mengangguk membuat Leonard kembali melancarkan aksinya. Mereka menyatukan dirinya dalam kenikmatan Audrey tertidur di atas d**a Leonard. Leonard masih belum dapat memejamkan matanya ia tidak menyangka bahwa dirinya adalah orang pertama yang menyentuh Audrey. Rasa bersalah itu semakin ada, tetapi Leonard berjanji akan melindungi Audrey, Leonard mengambil handphonenya dan memotret foto dirinya dan Audrey mengirimkannya kepada Albert. "Misi mu sukses kau boleh mengambil kedua mobil baruku." Albert mengirimkan pesan yang membuat Leonard tersenyum. Setelah itu ada panggilan masuk dari nomor yang tak dia kenali Leonard menjauhkan sedikit tubuhnya dari Audrey. "Halo." "Hiks ..hiks ... kak Leon" "Clary ada apa?" Teman masa kecil Leonard menelponnya, wanita yang telah Leonard anggap adik sama seperti mikaila kembarannya. "Kakak dimana? Aku ingin berbicara, aku di depan apartemen sekarang.'' "Aku akan ke sana! Tunggulah." Leonard mematikan sambungan teleponnya, dan memakai pakainya kembali. Leonard sempat menatap wajah Audrey yang masih terlelap. Tangan Leonard menarik selimut menutupi tubuh Audrey sampai ke batas dadanya sebelum pergi Leonard juga memberikan mengecup kening Audrey dan berjalan pergi meninggalkannya. Leonard meminta bawahan Albert mengantar 1 mobil untuknya. Agar Leonard bisa mengendari dengan cepat menuju apartemennya, jujur saja Leonard panik takutnya ada terjadi kepada Clary karena wanita itu cukup nekat.Sesampainya di apartemen, Clary langsung berlari memeluk tubuhnya. "Ada apa ceritakan padaku." Leonard mengusap rambut panjang Clary. "Hiks..hiks..aku hamil kak." Clary semakin menangis dengan cegukan Leonard mendengar hanya menahan amarahnya. "Siapa!!" Leonard memegang bahu Clary "Aku tak tau kak aku mabuk saat ini aku tak ingat siapa." Clary kini sudah mulai tenang tapi air matanya masih mengalir. "Tolong aku kak...temani aku, A-aku tak ingin membunuh bayi ini." Clary mengusap perutnya. Leonard hanya memejamkan matanya kenapa semuanya bertambah rumit. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN