“P-Pak ... Saya ....” “Apa?” “S-Saya ….” Walau sejak tadi Shaki sudah berpikir berulang kali, dan bahkan sudah yakin dengan jawaban dari dalam hatinya, entah kenapa, ketika ingin melontarkan jawaban tersebut, lidahnya seakan kelu, dan hanya sepatah, dua patah kata saja yang terlontar, ragu-ragu. Batin Shaki benar-benar sedang berperang dengan pikirannya. Sampai-sampai, tangan yang sedari tadi lembab seperti biasa, tiba-tiba basah, berkeringat, hingga gadis itu berulang kali meremas jas milik Adelio untuk mengeringkan telapak tangan. “Ya … atau tidak?” tanya Rain lagi, setelah melihat Shaki hanya diam, termenung di tempatnya. ‘Bismillahirrahmanirrahim … Ya Allah, semoga ini adalah keputusan terbaik dari yang terbaik.’ Monolog Shaki dalam hati. Gadis itu mulai memberanikan diri me