Bela tidak menangis, tidak juga menghalangi polisi untuk membawa suaminya ke kantor polisi. Ia hanya diam, mematung, tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya sekarang. Suara Tristan yang rendah dan penuh penyesalan akhirnya menarik Bela keluar dari lamunan. “Maaf, aku harus pergi. Tapi aku janji, aku akan kembali.” Dengan tatapan sendu, Tristan meninggalkan Bela yang masih mematung di ambang pintu. Membiarkan polisi memborgol tangannya dan menyeretnya pergi tanpa hormat. Seorang CEO yang baru saja naik ‘tahta’ itu kini justru harus menghadapi dinginnya penjara. Pria yang biasanya dengan bangga hidup dalam kemewahan, kini harus pasrah menjadi tahanan. “Tunggu!” ucap Bela tiba-tiba, menahan pergelangan tangan Tristan yang sudah hendak diborgol. “Ada apa?” Dengan tatapan penuh keyakina