Florence menyandarkan punggungnya ke belakang. Sekuat tenaga ia berusaha mengabaikan perasaan aneh dari sesuatu yang mengganjal di bagian bawah tubuhnya, yang berasal dari benda yang di sematkan oleh Alexander sejak sore tadi. Olaf sementara itu, terus bercerita tentang keindahan kota Rjukan kepada Florence. Tidak sadar bahwa wanita itu harus berusaha keras untuk berkonsentrasi memahami apa yang diucapkannya sementara memikirkan bahwa setiap saat, benda didalam tubuhnya itu bisa saja mendadak bergetar. “Apakah ini pertama kalinya Nyonya mengunjungi Rjukan?” tanya Olaf. “Uhm…Bukan hanya itu, ini pertama kalinya aku keluar dari kota ku, Tuan… uhm…maaf aku tidak menangkap nama belakang anda,” jawab Florence. “Avila, Nyonya. Tapi tidak udah terlalu formal, panggil saja saya Olaf.” “Baik