Ucapan Ares masih terus terbayang dalam ingatan Ayana, hal itu yang menjadi kecemasan bagi dirinya sendiri. Astri yang berada di jok depan terus memantau Ayana, raut wajah murung itu terlihat ketara sekali. Ayana memilin tas yang berada dalam pangkuannya, mungkin itu yang dinamakan tubuhnya dimana namun pikirannya melanglang entah kemana. Ayana menggigit bibir bawah dalamnya, rasa bimbang kini benar-benar menyerang dirinya dan jika ia pun membatalkan rasanya akan tidak enak dengan Astri dan Fira. Seberusaha apapun dirinya menangkis pikiran negatif itu, tapi tetap saja pikiran itu yang terus bermunculan dalam ingatannya. Ayana menghela nafasnya dengan dalam, lalu sebentar memejamkan matanya dan ia pun mulai kembali fokus pada pemandangan di samping yang menampilkan bayangan semu. “Ay, lo

