Alih-alih menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kenapa Panji seakan sering tiba-tiba mendapat telepon lalu pergi, juga terkadang menghilang … sekarang Panji malah mengajakku berpacaran. Apa itu masuk akal? Aku sampai gugup dibuatnya. Kini aku berada di toilet, berdiri depan cermin besar dekat wastafel. Aku tak berani untuk ke luar sekarang. Pipiku sangat merah merona. Mana mungkin aku berani menemui Panji dalam keadaan salah tingkah seperti ini? “Fel?” sapa seorang gadis di belakangku. Kulihat bayangannya di cermin sangatlah tak asing. Refleks aku langsung menoleh dan aku langsung memeluknya erat. “Kamu banyak berutang penjelasan padaku, Re,” kataku hingga pelukan terlepas. Rere menatapku dengan intens. Kulihat matanya berkaca-kaca. “Kamu juga berutang penjelasan padaku, Fel,” tangis