Sepulang dari kedai, aku hanya bisa tidur di mobil. Bukan tidur yang sebenarnya, ini lebih tepatnya pura-pura tertidur. Samar-samar kudengar Panji tengah bertelepon dengan seseorang, entah dengan siapa dia berbicara, yang jelas jika tak salah dengar, pria ini hanya berkata iya, iya, dan iya saja. Sebenarnya dengan siapa, sih, Panji berbicara? Mobil kini berhenti, berarti aku sudah sampai. Aku membuka mata dan ternyata pria ini malah membawaku ke rumahnya. Panji langsung turun kemudian membukakan pintu untukku. Manis memang, tapi aku tidak terpengaruh karena sudah telanjur kecewa dengan sikapnya tadi. Kuakui, dia hanya mengobrol, tapi tetap saja aku tak suka dengan apa yang dia lakukan bersama wanita itu. Apa pun alasannya, aku tidak bisa terima. Kuharap wanita itu lenyap dari hidup kami.