Matahari pagi membangunkan tidurku. Saat aku membuka mata, aku mendengar suara gaduh di dapur—seperti suara orang memasak. Siapa yang pagi-pagi begini sudah memasak? Bukankah aku tinggal sendiri? Tidak salah lagi, pasti Panji yang kini berada di dapurku. Semenjak kusadari kunci duplikat apartemen ini hilang satu, aku sudah menduga jika pencurinya adalah Panji. Lagi pula siapa lagi kalau bukan Panji? Sepertinya aku harus mengganti kunci pintu agar Panji tak seenaknya masuk. Bila perlu aku gunakan password atau fingerprint saja. Jujur, tubuhku masih terasa lemas dan sulit sekali terbangun. Dengan sekuat tenaga, aku mencoba untuk bangun walau badan ini menolak untuk bergerak. Namun sialnya, aku malah terjatuh dari ranjang. “Aaah!” Rupanya teriakanku langsung membuat Panji berlari ke kamar