“Ini di mana?” tanyaku pada Devan ketika pria itu membukakan pintu mobilnya dengan manis. Aku sepenuhnya sadar, pria ini sudah berubah dan kini ia benar-benar menjadi temanku. “Gue selalu mengunjungi taman ini dengan mantan-mantan pacar gue dulu, termasuk Gracia. Tempat ini merupakan taman yang indah dan siapa pun yang datang ke sini, pasti kesedihannya akan terobati,” jelas Devan. “Oh, jadi kamu menyamakan aku dengan wanita-wanitamu itu? Jahat sekali.” “Bukan begitu. Itu, kan, hanya masa lalu. Saat ini gue datang bersama teman gue. Lo jangan ngambek dulu.” Devan berusaha menjelaskan agar aku tak salah paham. Sebenarnya, aku tak mempermasalahkan hal ini. Aku tak menyangka reaksi Devan akan seperti itu, padahal aku hanya bercanda. Aku pun tersenyum padanya, “Iya, terima kasih sudah menj