Baru kali ini Sava merasakan hal yang paling menyakitkan yang datangnya dari orang yang tidak pernah ia bayangkan akan melakukannya. Memang, benar kata orang kalau yang paling bisa menyakitimu adalah orang yang paling dekat denganmu. Klasik. Tapi itu benar adanya. Kali ini, yang bisa ia lakukan hanyalah diam seribu bahasa sambil menatap wajah Bian yang sudah sulit ia tebak. Air muka yang semua hangat berubah menjadi dingin dan sudah tidak ia kenali lagi. Siapa pria di depannya? Suaminya yang sudah menemaninya beberapa tahun belakang seolah lenyap dalam hitungan detik. Ia lalu memutuskan untuk membalik badan dan berjalan menuju kamar mereka dan menutup lalu menguncinya rapat-rapat. Air mata yang sudah ia bendung daritadi akhirnya tumpah seiring dengan dadanya yang semakin panas dan sesak

