Seusai kepergian Ajeng, kepala Leta semakin pusing. Tidak hanya hatinya yang sakit, fisiknya pun juga. Tetapi sebisa mungkin Leta menyembunyikan sakit kepalanya dan bersikap tetap kuat. Karena kelemahan hanya menjadikannya sangat menyedihkan di mata suaminya sendiri. Leta tidak ingin Bara menatapnya dengan tatapan kasihan, karena Bara sudah semestinya menatap Leta dengan penuh cinta dan kasih sayang. Leta mulai menyesali perkataannya yang telah menuduh Ajeng. Tetapi di sini, posisi Leta juga tengah sakit hati. Ia tidak menyangkal rasa sakit hatinya kepada sang mama mertua. Bukankah, aib itu hal yang harus ditutupi? Tetapi Leta merasa dari ucapan Neneng, mama mertuanya memang telah mencurahkan isi hatinya tentang Leta kepada wanita itu. Sehingga membuat Leta menyimpulkan bahwa mama mertu